Quantcast
Channel: Blog Emak Gaoel
Viewing all 152 articles
Browse latest View live

Lettering Meet Up, Yuk Weekend Ini!

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Galaw karena trafik blog turun drastis? Alexa rank terjun bebas? Klout Score makin imut? Santai, mamen! Sekarang udah bukan jamannya blogger galaw sama yang begituan. Cari terapi untuk menenangkan diri, gih! Soalnya, kalau cuma gara-gara itu doang kamu panik, aku khawatir sama kesehatanmu, MZ. :v




Terapi apa yang menenangkan dan kekinian? Duile, tetep harus kekinian ya, mak? Hyaeyyalaah! Kan nggak banget kalo Emak Gaoel terapi jiwanya cuma makan tahu bulat digoreng dadakan limaratusan gurih-gurih, nyooi! *umpetin tahu bulat* Pernah denger lettering? Ish, kalau nggak pernah denger, jangan ngaku blogger or Instagramer gawwol, deh ya. #digaplok #paketahubulat #mangap . Setelah setahun mendalami hand lettering dengan basic kuas/brush dan juga mural dengan cat dan kapur, saya menemukan kalau hand lettering ini adalah salah satu terapi yang bisa bikin jiwa adem dan anteng. Gak cepet galaw, apalagi panikan kalau liat orang lain sukses. Hahaha. Penyakit jiwa bener itu yak, puyeng liat orang lain seneng. Baca selengkapnya soal lettering ini di sini, ya.

Minggu lalu, setelah mulai agak percaya diri membagi sedikit pengetahuan tentang hand lettering, saya berani menyambut ajakan Mbak Rini Rusli untuk ngajarin beliau (((BELIAU))) praktek hand lettering. Berhubung Mbak Rini bersedia datang ke Bekasi, ya hayuk ajah sayah. Seperti biasa, iseng aja nulis status mau lettering meet up di Facebook. Ternyata ada beberapa teman yang pengen ikutan. Mbak Devi dan Rahmah, putrinya komen pengen ikutan. Dan satu lagi, follower IG saya, Mena, yang saya juga baru kenal. Wah, asik. The more the merrier. :D


Kami bertemu di Food Park, Grand Galaxy Park Mall dan langsung main-main kuas dan cat. Alhamdulillaah, Food Park sore itu sepi, jadi kita serasa workshop di tempat private yang adem, meja gede, dan banyak makanan dan minuman (beli sendiri). Gak terasa, saking asiknya latihan main-main kuas, waktu udah hampir magrib. Padahal kita mulai dari sekitar jam 4. Waktu 2 jam ternyata kurang. Mbak Rini yang tadinya paling semangat latihan pakai kuas, berakhir dengan itikad tidak mau pake kuas, mending pake brush pen, katanya. Huahaha. Dudul! Rahmah, putri Mbak Devi, ternyata lebih lihai dengan kuas. Dari cerita Mbak Devi, Rahmah ternyata suka melatih teman-temannya lettering di rumah. Wah, kereeen! Dan Mena, OMG, anak baru lulus SMA ini semangat banget belajar. Saya yang tadinya cuma tau kalau Mena adalah salah satu followers saya di IG, jadi terharu dengan semangatnya. Makasih, ya Mena. :*


Dan emang biasa banget deh, begitu saya posting foto-foto kegiatan lettering meet up di FB, banyak yang protes, pengen ikutan. Yahelah, padahal sebelum berangkat ke GGP sorenya saya udah pasang pose poll banget ala-ala OOTD  sambil halo-halo, siapa pun boleh join. Hihihihi. Yawdahlahya, emang susah menyenangkan fans yang banyak ragamnya ini. Tapi Emak Gaoel suka susah hati dan susah tidur kalau belum bisa menyenangkan fans emak. Maka dari itu, dengan tidak tahu malu, weekend ini, hari Sabtu dan Minggu, saya persembahkan dua workshop lettering untuk para penggemar teman-teman yang mau belajar basic lettering bersama saya. Yuk, cusss.


Yang pertama, hari Sabtu, 27 Agustus 2016. Jam 09.00 - selesai. Tempatnya di Smesco Gallery. Ini adalah kelasnya doodle-nya Mak Tanti Amelia. Yah, saya mah apa atuh, cuma bisa numpang tenar sama Mak Tanti. Hahaha. Sesi lettering saya pagi, ya. Siangnya baru sesi doodling dari Mak Tanti. Untuk kelas ini berbayar Rp 75.000. Tapi para peserta akan dapat banyak dari kegiatan ini, karena ini kegiatan bersponsor. Tenang ajeh, pulang balik modal, malah lebih, kok. :p Daftar ke nomor di banner ini, ya. 


Workshop kedua diadakan oleh komunitas kesayangannya akoh, Akademi Berbagi Bekasi. Inget kaan, dulu kala, saat Emak Gaoel masih muda jelita, Emak Gaoel pernah ngisi kelas Akber Bekasi, lho. Di sini ceritanya. Worshop ini gratis tis tis! Asalkan kamu udah daftar terlebih dahulu. Ini link pedaftarannya. Jangan lupa cek TL @AkberBKS di Twitter untuk keterangan lengkapnya, ya. Karena untuk workshop ini, peserta diminta membawa peralatan sendiri. Jangan khawatir, alatnya gampang dan murah, kok. Cuma kertas, buku kotak-kotak, kuas Lyra nomor 00 dan tinta cina botol kecil. Kalau ditotal, paling cuma abis 15.000 untuk semua.


Jadi, jangan pada protes lagi nggak bisa ketemu saya tahu kalau ada workshop lettering, ya. Awas kalo nggak ikutan. He? Apa? Tinggalnya jauh? Ppffttt, saya udah dari sebulan lalu lho kasih live demo di fanpage Emak Gaoel. Ayo! Update! Update!

Whew, sebelum saya digaplokin karena makin lama makin bikin emosi, kita udahin aja, ya. Saya tunggu weekend ini, ya! Dandan yang cantik, siapa tau ketemu jodoh. Eh. 

Hop On Hop Off Keliling KL

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Tentu saja bukan Emak Gaoel namanya kalo gak ada yang ketinggalan. Yep, ini salah satu postingan ketinggalan dari perjalanan Eat Travel Doodle 2016 saya ke Kuala Lumpur beberapa bulan yang lalu. Hihihi. Maap. Tapi dijamin, masih sama serunya sama cerita-cerita saya sebelumnya di sini.




Hari terakhir di Kuala Lumpur, masih dalam rangka memenuhi undangan dari Kementerian Budaya dan Pariwisata Malaysia dan Gaya Travel, rombongan kami yang terdiri dari blogger dan media dari Indonesia, Malaysia, , Filipina, Brunei Darussalam dan Inggris start pagi di kantor Motac (Malaysia Tourism Center). Sempet kalap liat brosur keliling Malaysia boleh diambil gratis. Hahaha. Dodol banget, liat brosur yang emang gratisan aja girang. Soalnya saya sukaa banget liat-liat brosur perjalanan karena biasanya foto-fotonya cakep dan informasinya lengkap. 


Dari kantor Motac, kita menuju halte bus di depan kantor tersebut, mau naik bus Hop On Hop Off (HOHO) keliling kota Kuala Lumpur. Waaa, senaaang dan norak! Karena busnya bertingkat dan di bagian atas tempat duduknya terbuka. Bodo amatlah KL pagi itu lagi panas centil, kita tetap semangaattt! Gretong soalnya. Kalau beli tiket, harganya itu untuk dewasa RM 45 dan untuk anak-anak RM 24 untuk rentang waktu 24 jam. Ada juga pilihan rentang waktu 48 jam dengan harga berbeda, tapi tiketnya berlaku dua hari, kan. Soalnya belum tentu juga semua 23 perhentian bus HOHO ini bisa kita nikmati dengan leluasa dalam waktu sehari. Kalau rencananya kamu cuma pengen lihat-lihat aja, saran saya sih beli tiket yan rentang 24 jam, dan nggak perlu turun naik di tiap perhentian. Bisa pilih mau turun di mana. Nanti kalau mau meneruskan perjalanan lagi, bisa naik bus HOHO selanjutnya di halte yang disediakan. 



Interval kedatangan antar bus sekitar 20-30 menit. Jadi nggak usah takut gak bisa pulang ke hotel. Si Olip yang ketinggalan di Istana Negara aja berhasil balik dengan utuh ke kantor Motac, kok. Huahaha! Deramah! Yang drama tuh sebenernya yang ada dalam bus. Kitanya panik pas nyadar Olip ketinggalan. Sementara Olipnya malah asik foto-foto sampe puas sambil nunggu bus HOHO selanjutnya.


Dari 23 tempat menarik seputar KL, semuanya menarik, karena punya kekhasan masing-masing. Kita diajak melihat gedung-gedung cantik seperti KLCC dan KL Convention Centre, sampai ke pasar tradisional seperti Chow Kit Market. Mulai dari KL Tower sampai tempat pusat kerajinan tangan khas Malaysia. Mulai dari Kampung Baru sampai Kampung India. Mulai dari museum sampai tempat ibadah bersejarah. Lengkap, komplit, puas. Tinggal atur aja di itinerary kalao gemes mau ekplore semuanya. Yang jelas, buat harga tiket segitu, sepadan banget. Lagian kita nggak perlu susah-susah cari transportasi keliling kota KL lagi, kan. Tinggal cari halte dengan tanda HOHO aja. Mau naik dan turun kapan pun, silakan.




Untuk informasi lengkap bisa dilihat di sini, ya. Sementara rombongan kami begitu sampai kembali di kantor Motac, langsung makan siang dan pengumuman pemenang doodle serta penutupan program Eat Travel Doodle 2016. Huaaa, senang dan sedih! Senang, saya kebagian jadi juara 3 doodling. Dapet hadiah duit sama voucher. Hihihihi Sediih, karena baru aja enjoy jalan-jalan bareng temen-temen baru, sekarang sudah harus berpisah. Ah, seperti kata pepatah, kalau Tuhan berkeehendak ntar juga kita ketemu lagi. Pepatah ngarang, tapi bener. Aamiin. ^_^ 




Women's Project, Kiprah Empat Macan Ternak

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Mulai akrab dengan istilah "Macan Ternak"? Mama Cantik Anter Anak Sekolah? Aish, saya juga udah lama klaim kalau saya masuk dalam golongan ini. Tiap hari mondar-mandir rumah, sekolah, tempa les, minimarket, toko buku de el el de es be. Soal cantik, ya relatiplah, ya. Tergantung tingkat kepede-an si mamak. Hahaha. Yang jelas, mama-mama tukang anter anak tiap hari itu jangan dianggep remeh potensinya.


Contohnya empat teman saya ini. Mereka (Ila, Elga, Dewina dan Diana) adalah empat orang mama yang setiap hari nganter anak ke sekolah dan kadang nungguin anak-anaknya di sekolah. Emak-emak kalau nungguin anak di sekolah tuh ngapain, sih? Buang-buang waktu amat? Yoih, miring bener itu yang punya pendapat kayak gitu. Saya pribadi, udah lama punya pendapat kuat soal mama-mama "tukang nungguin anak di sekolah ini: "Jangan pernah meremehkan potensi perempuan, apalagi kalau udah ngumpul lebih dari dua orang. Big things can happen. Just wait!" 


Ila, Dewi, Elga dan Diana contoh nyatanya. Setelah akrab selama beberapa bulan di sekolah sambil nungguin anak, mereka mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang bisa memanfaatkan waktu menunggu anak-anak di sekolah, bermanfaat buat diri sendiri, plus bermanfaat buat orang lain. Terwujudlah yang mereka namakan Women's Project


Basically, Women's Project ini adalah rintisan usaha mereka berempat di lini muslimah fashion. Untuk saat ini mereka masih berkutat di hijab. Jualan jilbab? Yaelah, biasa banget! Ngik, jangan buru-buru mencibir. Women's Project ini judulnya memang digawangi oleh 4 ibu-ibu, tapi mereka sangat terorganisir dan memiliki plan untuk setiap langkah. Masing-masing, sejak awal sudah punya bagian yang harus mereka pegang dengan serius. Ila dan Diana fokus mengurus fashon side dari Women's Project, mulai dari mencari bahan, memilih warna, menciptakan model hijab sampai belanja ke sana ke mari. Elga fokus memegang semua urusan social media dan online Women's Project. Dan Mbak Dewina kebagian tugas di bagian produksi alias berurusan dengan para penjahit dan mengawasi proses pengerjaan agar hasilnya berkualitas.


So, jadi macan ternak bukan berarti nggak bisa bikin sesuatu yang keren, ya. Buktinyaaa, saya udah coba beberapa produk shawl dari Women's Project. Tiap potong hijab dijahit dengan sangat rapi. Potongan yang rapi, bahan yang memang pilihan dan juga ukuran yang nggak pelit, alias lebar. Tiap beberapa periode mereka selalu rembug-an untuk mencari sesuatu yang baru lagi untuk diproduksi. Yang bikin tambah kagum sama mereka, semua diawali dengan modal pas-pasan, dan sekarang mereka sudah mulai punya beberapa pekerja (penjahit dan tukang potong bahan). Terharu mendengar cerita kalau mereka bisa juga memberi manfaat buat orang lain, memberi lahan pekerjaan untuk yang memiliki keahlian tapi kurang mendapat kesempatan. 


Bocoran aja, akun IG Women's Project sekarang lagi ngadain giveaway supaya bisa mendapat ekpose lebih banyak di social media, terutama Instagram. Buruan, yang doyan gratisan, ikutan. Cuma sampai tanggal 8 September. Siapa tau beruntung, bisa ikut eksis kece pake jilbab produksi para macan ternak ini. Hihihihi. Oh iya, akun IG mereka nggak melulu jualan hijab, kok. Kalau mau dapet inspirasi tutorial memakai hijab berbagai model, juga ada. Selain itu, mereka juga selalu post kegiatan mereka dalam menjalankan bisnis, misalnya waktu lagi rempong belanja kain, atau waktu lagi meeting di sela-sela waktu menunggu anak di sekolah. Jadi seru aja ngikutiinnya. ;)


Lettering Service: Mirror Lettering di Casa 19 Cilandak

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Balik lagi, ini catatan kegiatan lettering service saya. Bulan lalu saya dapat kesempatan untuk mencoba media baru untuk lettering, yaitu di cermin, setelah sebelumnya chalk lettering di tembok cafe Ruangopi. Ami, pemilik rumah kost/penginapan di Cilandak menghubungi saya untuk minta cermin di dapurnya diberi sentuhan lettering. Tadinya saya agak ragu nerima, karena belum pernah coba lettering di cermin sebelumnya. Tapi, ya balik lagi, Emak Gaoel pantang dikasih challenge. Langsung ngubek-ngubek internet, cari tutorial dan referensi. Hihihi.


Setelah dapat beberapa tips, trik dan tutorial, cermin di rumah pun jadi korban percobaan. Beli beberapa jenis cat dan marker yang direkomendasikan oleh beberapa artist mural dan lettering, lalu mulai deh coret-coret di kaca dan cermin rumah. Wah, seru. Wkwkwkwk.


Setelah beberapa kali percobaan dan menemukan alat tempur yang menurut saya paling cocok, baru deh saya berani ke tempat Ami untuk menggarap cermin dapur yang ukurannya lumayan banget, sekitar 1,5 m x 1 m. Sebelumnya di rumah saya udah urek-urek sketsa dulu di kertas. Ami udah kasih quote yang dia inginkan sejak lama emang. Yang bikin rada ribet itu justru bukan masalah teknisnya, melainkan masalah jarak dan cari waktu yang pas. Maklum yah nek, Bekasi - Cilandak itu kalo lagi betingkah bisa kayak New York - Madagaskar. -_-



Peralatan tempur untuk mirror lettering di Casa 19 Cilandak ini lumayan agak ribet. Karena saya masih artist pemula, saya belum punya yang namanya proyektor. Kalau ada proyektor sebenarnya membantu banget, supaya saya bisa langsung eksekusi media vertikalnya (cermin). Berhubung gak pake proyektor, saya harus menyalin sketsa saya ke cermin dengan menggunakan skala. Bayangin ribetnya. Penggaris panjang, cat akrilik, kuas, marker putih, alkohol, thinner, kain lap bersih sampai kapas, semua dibawa ke Cilandak sebagai alat tempur.


Modal utama lettering di dinding, cermin atau media yang letaknya vertikal begini sebenarnya adalah stamina. Pegel, bo! Apalagi kalau letaknya agak tinggi. Sebenarnya bisa diakalin dengan melepas cermin dahulu. Tapi sama aja pegelnya ngerjain di lantai atau di tembok. So, ngapain menambah keribetan lagi dengan bongkar pasang cerminnya, kan? ;) 


Langkah awal adalah membersihkan cermin dengan sapuan alkohol. Berhubung kaca ini letaknya di dapur yang lembab, ternyata udah agak jamuran di bagian pinggir. Saya gak siap dengan kemungkinan itu, jadi gak bisa diapa-apain juga itu jamur. Dihapus pakai alkohol pun nggak mempan. Pake apa ya kalau mau membersihkan jamur di kaca itu? #nanya


Setelah cermin bersih mulai deh saya ukur-ukur skala pakai penggaris, bikin outline huruf, menebalkan huruf, menggambar ilustrasi baru finsihing. Alhamdulillaah, kemarin itu bawa asisten (adik saya), jadi agak ketolong urusan yang manjat-manjat dan bersih-bersihin cerminnya. Hehehe. Total waktu mengerjakan cermin ukuran segitu (termasuk break setengah jam) sekitar 5 jam. Mayan. #pijetpunggung 


Sebenarnya saya masih deg-degan gak tau hasilnya bakal kayak gimana waktu lagi ngerjainnya. Masih belum keluar visualisasinya di otak saya. So, ketika semua selesai, saya juga ikutan norak lihat hasil kerja sendiri. Eh, ternyata cermin cakep juga ya kalau dikasih lettering/mural. Hihihihi . Tapi bukan nggak ada kendala waktu mengerjakannya. Karena cermin itu ngasih bayangan, jadi kadang ukuran bisa nggak precise karena "tertipu" bayangan di cermin. Lumayan buat olahraga mata. 


Bottomline, for first attempt, I'm happy with the result. The most important thing, Ami and her hubby are also very happy. Walaupun belakangan Ami request tambahan sentuhan warna hitam. Tapi Ami bilang sendiri kalau dia puas. Thank you Ami, for trusting me with this project. Seneng banget karya saya bisa ikut mejeng di rumah cantik itu. Asli, rumahnya keren banget. Love it! 

Buat teman-teman yang pengen rumah atau tempat usahanya saya coret-coret, kontak saya aja via email, FB atau IG, ya. 

Risiko Punya Anak Jahil dan Kreatif

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Mungkin beberapa fans temen-temen udah pada tau gimana Safina (7 tahun), anak perempuan saya, sejak kecil sering banget nanya yang aneh-aneh dan ngerjain orang serumah berkali-kali. Dia ini dari umur 3 tahun udah keliatan bakat jahil dan kritisnya. Semua yang di rumah udah sering kebagian keisengannya. "I'm the master of prank, mom!" katanya. Bangga. Hhhh ....

Ngagetin orang yang baru masuk rumah dari balik pintu udah gak keitung lagi berapa kali. Yang blo'on, saya masih aja sering kaget. Mbok ya, belajar dari pengalaman gitu, lho maaak! Punya anak usil itu harus waspada 24 jam. -_- 


Pernah sekali waktu, saya lagi anteng banget kerja di meja makan. Saya taunya Safina lagi main di lantai atas sama si mbak. Suasana sepi. Tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang menjalar pelan di betis saya. Spontan saya menjerit kenceng banget dan nendang bawah meja. Wuastagaaah, jantung rasanya mau puput. Tekanan darah langsung ngedrop, lemes total, jendral! Terus kedengeran suara ketawa cekikikan dari kolong meja. Anak jail itu lagi ngikik-ngikik di sana. Untung gak ketendang tu anak. Langsung saya sidang, becanda boleh tapi jangan keterlaluan. Kalau mukanya yang ketendang tadi, kan berabe. :( Dan wakti-wanti paling utama adalah, "Don't ever try to prank Atuk, Jidah and Kakek! Got it?" 

Dia ngerti sih dibilangin. Tapi hasrat jahilnya kayanya gak bisa dibendung, terutama sama kita sekeluarga di rumah (termasuk si mbak, sering jadi korban juga). Kirain makin gede, bakal makin berkurang. Yah, seenggaknya mulai belajar pencitraan gitu, kek. Ternyata tidak! 


Itu baru keisengan dia ngerjain kita di rumah. Belum lagi kalau dia mulai nanya-nanya kritis tentang sesuatu yang kayanya sebenernya sepele, tapi entah kenapa sampai di dia, ada aja yang ditanyain dan bikin saya mingkem, bingung cari jawabannya.

Konon, anak model Safina gini dikategorikan sebagai anak yang tingkat kreativitasnya agak sedikit di atas anak-anak seusianya pada umumnya. Dan menghadapi anak kreatif memang gak bisa sama dengan menghadapi anak yang normal pada umumnya. Harus bisa cari jalan lain untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya gampang buat dijelasin. Karena biasanya mereka punya perspektif beda dari kebanyakan orang. 

Contohnya kemarin, saya lagi coba ngajarin dia tentang apa yang harus dilakukan kalau ada orang asing yang membujuk untuk ikut.

"What would you do if a stranger pull your hand and make you come with him or her?"
"Wait. Is the stranger a guy or a woman?"
"It could be a guy or a woman. A stranger is someone you don't know."
"I know that!"
"Then? What would you do?"
"Run!"
"And scream so people will help you, OK?"
"Wait. People who help me, do I know them?"
*perasaan mulai gak enak*
"Maybe no. Just scream so people near you can help."
"But, if I don't know them, then they're also strangers, right?"


Atau lain hari dia juga pernah nanya ke saya soal kosmetik. 

"Double Wear All Day Glow. Why does it say Glow?"
"Because it makes your face glowing."
"IN THE DARK?! AWESOME!"
Yakale, muka mamakmu bercahaya dalam kegelapan. Macam senter. -_-

Mungkin ya, mungkin lho, ini genetik juga kali, yak? Tapi bukan dari saya, ah. Pasti dari bapaknya, nih! Jadi inget tiga tahun yang lalu, waktu saya baru menang lomba blog ASEAN, pak suami ngomong, "Wah, hari ini patut kita rayakan!" Saya udah GR, mau merayakan kemenangan saya, tapi pura-pura nanya, "Merayakan apa?" Terus dijawab, "Merayakan harga pete turun!" Heu euh, suamiku pemuja pete. -_- Kalau sama saya, mungkin kesamaan Safina itu ada di tukang tidurnya. :p



Safina sering juga nunjukin trik aneh-aneh kayak di video ini. Dapet dari mana? Dari mana lagi kalo bukan dari Youtube. Hahhaha. Yang ini sukses bikin saya ngakak njengkang. 




Tapi alhamdulillaah, Safina pernah juga kena dikerjain sama bapaknya. Lah, kok alhamdulillaah? Hahaha. Abis kocak, jarang-jarang kena dikerjain tu anak


Enihouw, walaupun challenging banget punya anak kritis, kreatif dan dudul kayak si Safina ini, tapi gak bisa dipungkiri, jadi obat awet muda banget. Sumber bahan ngakak semua orang di rumah selalu dari dia. Walaupun kadang suka bikin kesel abang sama mbak-nya karena usil, tapi beneran deh, gak-ada-loe-gak-rame banget ni anak. :v 

Saran saya buat mamah-mamah muda cantik kayak saya di luar sana, yang punya anak model-model Safina gini, jangan kalah kreatif. Banyak belajar dan latihan biar trampil ngeles kalau kepepet. Hiyahahaha. Dan yang paling penting, nikmatilah keisengan anak, karena itu obat awet muda paling manjur. :v

Sebagai penutup, ini keusilan terbarunya yang sukses bikin saya dan mbaknya jerit-jerit karena dia lempar-lemparin ke kita. Hiiiiyyyyyh!!!! >.<






Paket Lengkap dari Allah untuk Keluarga Emak Gaoel

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Saya suka inget sama omongan almarhumah Nenek saya kalau udah denger anak-anak sama cucu-cucunya ketawa ngakak-ngakak sampe ngompol-ngompol pas kumpul keluarga besar, "Jangan kelewatan ketawanya. Sebentar lagi ada yang nangis." Dulu dengernya sih umur saya masih sekitar 8 tahunan, segede Safina sekarang, tapi inget terus sampai sekarang. Soalnya, Mama saya dan adik-adiknya, yang notabene waktu itu juga udah emak-emak, abis dibilangin gitu sama Nenek (ibu mereka), malah cekikikan. Kan saya heran, dih emak sama tante gue kok kelakuannya kayak bocah gitu, sih? Wkwkwk.


Intinya, sejak kecil saya jadi berusaha untuk menahan-nahan ekspresi dan reaksi supaya gak lebay. Kalau senang, ya baca Alhamdulillaah. Kalau sedih, baca Innalillaahi. Gak perlu sampai ngakak ngompol di celana, atau nangis gerung-gerung sambil korek-korek tanah. Karena (ini baru paham sekarang-sekarang ini, sih), semua kebahagiaan dan kesedihan kita itu datangnya dari Allah. Dikasih rejeki, itu dari Allah. Dikasih musibah, itu juga takdir dari Allah. Jadi nggak usah berlebihan menanggapinya, cukup kembalikan lagi ke Allah. Betul, cuy?


Ngomong soal rejeki dan musibah, dua bulan terakhir ini komplit saya sekeluarga dikasih sepaket sama Allah. Bulan September kemarin, bisa dibilang kami sekeluarga sedang bahagia-bahagianya. Semua sehat, anak-anak semangat sekolah, Papanya kerja dengan penuh dedikasi (duile) dan orderan lettering saya juga lagi banyak-banyaknya. Intinya, dikasih rejeki sama Allah gak kira-kira. Nggak lama abis itu, sekalian menghadiri pernikahan sepupu saya, kami sekeluarga pun pergi ke Bandung sekadar piknik yang jarang kami lakukan. Senangnya tiada terkira, keluarga kecil kami tidak ada kekurangan suatu apa. Allah Maha Baik.


Tepat seminggu setelah kepulangan kami dari Bandung, Fadhil mengalami kecelakaan. Nggak tanggung-tanggung, tulang selangka-nya (di bagian bahu) patah, karena jatuh dari sepedanya sepulang sekolah. Dia harus dioperasi segera. Saat itu saya kayak keselek biji kedondong. "Masya Allah, saya bikin dosa apa, ya?" pikir saya dalam hati. Kok jadi Fadhil yang kena? :( Istighfar dulu. Songong beud, mikir dosa apaan. Ya banyaklah maak, dosa lu! Hih!


Kaget, banget, pastinya. Tapi saya dan suami berusaha tenang supaya Fadhil juga nggak jadi trauma. Yang paling penting, saya berusaha supaya dia nggak menyalahkan siapa-siapa terutama dirinya sendiri atas kejadian itu. Saya tau banget tabiat anak sulung saya yang hatinya super lembut itu. Waktu saya jemput setelah kecelakaan, dalam perjalanan menuju rumah sakit, saya bisa merasakan dia sedang merasa bersalah. Buru-buru saya ingatkan sama dia, "Fadhil, this is not your fault. Don't worry, I don't blame you, nobody will! This is supposed to happen, just pray to Allah." 


Untungnya anak ini pembawaannya tenang dan sabar banget. Selama di rumah sakit menjelang operasi keesokan harinya, nggak sedikit pun dia mengeluh, menangis apalagi jerit-jerit kesakitan. Padahal, saya nggak tahu sih patah tulang itu sakitnya kayak apa, kata orang-orang sakitnya itu pasti luar biasa. God bless you, my son, for being such a strong boy. 

Singkat cerita, Fadhil baik-baik aja sekarang. Selesai dioperasi, dua hari kemudian dia diijinkan pulang. Kami lega. Akhirnya bisa kumpul lagi di rumah. Mulai sibuk-sibuk lagi dengan kegiatan dan pekerjaan yang tertunda. 


Ternyata rencana Allah beda lagi. Belum ada seminggu Fadhil pulang dari rumah sakit, Safina mulai demam. Dalam hati cuma bisa berdo'a semoga ini nggak serius, cuma batuk pilek biasa aja. Ditunggu-tunggu. demamnya nggak turun-turun. Jujur, langkah saya berat banget menuju rumah sakit mengantar Safina periksa darah. Rasanya ikhlas saya belum terkumpul 100% karena Fadhil baru aja pulang dari rumah sakit dan belum pulih. Masa Safina juga sakit? Mau nelen ludah aja rasanya susah banget. :(

Ternyata Safina harus dirawat di rumah sakit karena kena campak. Lemes aja sih dengernya. Kepikiran Fadhil gimana di rumah. Ada si mbak memang, tapi dia kan masih masa pemulihan paska operasi yang butuh perawatan juga. Terus gimana ini Safina, kok bisa kena campak? Parah gak? By the way, asuransi cover nggak? Waduh, orderan banyak yang kepending.


Lagi galau-galau gitu, tiba-tiba kepala saya kayak ada yang noyor. Mungkin Nenek saya yang noyor (hihihi) kok serem? :p Saya jadi inget lagi sama omongan Nenek saya, soal rejeki dan musibah yang semuanya hanya dari Allah. Kalau Allah kasih seperti ini, berarti saya memang pantas untuk mendapatkannya. I just have to deal with it. Istighfar, istighfar. Hamba Allah yang beriman nggak boleh galau, karena punya Allah tempat mengadu. Setuju. kakak? ;)

Akhirnya, kami sekeluarga menjalani seminggu merawat dua anak sakit, satu di rumah, satu lagi di rumah sakit. Ikhlas karena Allah. Akan ada sesuatu yang indah setelah ini, itu saya percaya. Apa dan bagaimana bentuk keindahan itu, saya serahkan sama Sang Pemberi Keindahan. Sambil instrospeksi diri, ini pasti teguran. Pasti ada (BANYAK) kurang saya dan suami, sehingga kami diberi teguran mendadak seperti ini. Pasti ada kelalaian yang sudah kami lakukan secara sadar mau pun tidak. Bottomline, peristiwa semacam ini harusnya menjadikan kami menjadi lebih baik lagi. 


Alhamdulillaah, hari ini, Safina sudah tiga hari bebas (((BEBAS))) dari rumah sakit. Keadaannya sudah membaik. Fadhil juga luka operasinya tidak mengalami infeksi, tinggal fisioterapi untuk latihan gerak lagi. Perlahan semua kembali ke tempatnya seperti kepingan puzzle mencari rumahnya masing-masing. Terima kasih kami ucapkan untuk doa-doa yang begitu banyak di Facebook dan Instagram untuk keluarga kami, sampai tidak sempat kami balas satu per satu. Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman semua dengan sesuatu yang jauh lebih indah. 



Cara Emak Gaoel Melindungi Asset Digital dan Aman Bertransaksi Online

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Sejak aktif jualan dari rumah, saya jadi akrab dengan yang namanya transaksi online. Dan berhubung punya usaha di rumah, saya juga jadi rajin online shopping. Mulai dari belanja remeh-temeh kayak baju, sepatu dan kosmetik, sampai belanja art supplies buat keperluan membuat pesanan lettering art pelanggan saya. 


Emak Gaoel  lagi ngelapak

Tempat belanja online pun udah berbagai macam yang saya coba, mulai dari online shop kelas Instagram, e-commerce, sampai belanja langsung ke website produsen produk. Alhamdulillaah, sampai sekarang aman-aman aja. Belum pernah kena tipu (jangan sampe, deh). Paling keluhan-keluhan kecil aja yang suka muncul, kayak barang yang dipesan terlambat sampai atau lupa konfirmasi pembayaran. 

Metode pembayaran online yang biasa saya pakai biasanya masih model konvensional alias transfer via ATM. Walau begitu, saya selalu ngarepnya pelanggan saya kalau bisa sih transfer pake internet banking karena lebih cepat.

Hand-drawn by Emak Gaoel

Berdasarkan pengalaman jadi pembeli online dan pelaku bisnis yang dijalankan secara online, saya coba ngasih tips nih ya, gimana caranya bertransaksi online yang aman.

Sebagai Pembeli

1.Amati kredibilitas online shop. Penting banget untuk tahu track record online shop yang kita tuju. Jika model online shop personal seperti yang banyak bertaburan di Instagram dan Facebook, paling gampang membaca komen di tiap update-nya. Biasanya, pelanggan yang tidak puas atau merasa tertipu tidak akan sungkan untuk complain terbuka di comment. Atau, lihat screen capture testimony pelanggan yang biasa dishare oleh owner. Ini juga sebenarnya ada kemungkinan dibuat-buat alias ngarang, tapi normally, pemilik bisnis yang lurus dan happy, mereka akan dengan berbunga-bunga mention akun pembeli tersebut. 

2.Manfaatkan rekomendasi teman atau orang yang kita kenal. 

3.Online shop yang bergabung di e-commerce biasanya memiliki jaminan aman transaksi lebih baik, karena ada pengawas (dalam hal ini, e-commerce) yang berwenang menahan dana kita sampai barang yang kita pesan sampai di tangan. Mereka adalah perantara antara kita dengan online shop. Sekarang sudah banyak sekali online shop yang bergabung ke banyak e-commerce. Ini layaknya seperti pasar dengan lapak-lapaknya. Kita belanja, bayar ke pemilik lapak (bukan penjual), terima barang, barulah penyewa lapak menerima uang pembayaran kita.

4.Simpan yang rapi semua bukti pembayaran dan percakapan transaksi dalam bentuk screen capture atau foto.


5.Jika menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi, usahakan untuk melakukannya di website atau e-commerce terpercaya. Simpan baik-baik kode tiga angka di belakang kartu kredit (CVV) dengan baik. 

6.Hati-hati saat memberi informasi nomor handphone kita saat bertransaksi online. Idealnya sih, punya satu nomor khusus untuk bertransaksi online. Apabila tiba-tiba nomor handphone yang kita gunakan untuk bertransaksi tidak dapat diakses, sebaiknya segera diurus ke Grapari, Gerai Indosat, XL Center atau customer care provider yang kita gunakan. 

7.Lindungi PC atau handphone yang kita gunakan untuk browsing dan bertransaksi online dengan Anti Virus. 

8.Jangan malas membaca notifikasi yang masuk ke handphone kita, supaya bias monitor jika ada transaksi mencurigakan. 

Sebagai Penjual

1.Jika sebagai penjual kita belum bergabung dengan e-commerce atau memang memutuskan untuk independent aja, usahakan kita memiliki satu rekening bank yang memang khusus untuk keperluan berjualan. Jangan digabung dengan rekening pemakaian pribadi. Ini akan memudahkan kita untuk melacak dana yang masuk dan keluar. 

2.Menyimpan arsip pembayaran dan juga pengiriman barang dengan rapi. 


3.Kalau pembeli melakukan transaksi pembayaran melalui ATM, minta foto struk transaksi, lalu lakukan cross check dengan memeriksa mutasi pada rekening bank. Soalnya, bukan sekali juga saya baca berita penipuan, penipu mengirim foto struk abal-abal.

4.Jangan males print buku rekening. Hihihi. Ini catatan penting buat saya juga nih. Perlu banget rajin print out transaksi di buku rekening bank (kalau nggak aktif internet banking kaya saya), untuk mencocokkan transaksi yan sudah dilakukan. 


Belum lagi kalau ngomongin akun social media yang kita pakai saat ini. Masih kaitannya dengan belanja online, akun social media biasanya selalu kita gunakan untuk cari-cari barang kebutuhan. Penjual juga memanfaatkan Instagram, fanpage dan Facebook untuk berjualan. Apa kabar kalau akun socmed kita kena hack, ya? Atau yang lebih parah, e-mail tempat semua login akun socmed kita yang di-hack? Huaa, pengen nangis gak? Secara semua itu termasuk asset digital kita, kan ya. :(

Untuk asset digital ini, saya termasuk orang yang rada parnoan. Karena sehari-hari saya gak lepas dari akun social media, mulai dari Facebook fanpage, Twitter, Instagram dan juga Google+. Dulu, semua akun tersebut memakai satu email login. Tapi setelah belajar banyak dari pengalaman teman-teman yang pernah menjadi korban hack, saya coba memisahkan beberapa email login untuk akun socmed saya. 

Untuk email utama, saya memilih domain email yang menyediakan opsi pengamanan berlapis dengan menggunakan security code yang dikirim melalui SMS ke nomor ponsel saya. Setidaknya, ada usaha lebih untuk menjaganya.  Tapi kalau provider e-mail kamu nggak menyediakan fasilitas semacam itu, bisa lakukan tindakan pengamanan lain seperti rajin mengganti password untuk masuk ke akun socmed. 

Satu lagi yang saya lakukan untuk menjaga aset digital saya, nggak mau pakai fasilitas “Remember this password?” di device yang saya gunakan. Soalnya suka keenakan juga, jadi males inget-inget password kalau pakai itu. Kalau nggak pakai, kan mau gak mau jadi harus ketik password tiap mau login. Semacam latihan otaklah. :p 

Secara umum berikut tips untuk melindungi asset digital kita: 

Never ever share your password to other people. Nggak usah ya share password ke orang lain, biarpun judulnya kenal dan percaya. Tapi kalau sudah kejadian, segera ganti passwordnya.
Gunakan satu email untuk satu akun. Punya lima akun? Idealnya sih punya lima email.
Selalu ganti password minimal 3-6 bulan sekali.
Perbarui keamanan akun secara berkala. Ini bisa dibarengin dengan penggantian password. 
Hindari membuat password menggunakan tanggal lahir. Sebaiknya buat password dengan berbagai macam karakter, yang terdiri dari huruf besar/kecil, angka, symbol. Semakin rumit password, semakin susah untuk dibobol tapi tetap harus yang mudah diingat ya 
Verifikasi 2 langkah. Ini yang saya sebut diatas sebagai pengamanan berlapis.  Ketika kita log in dari gadget yang berbeda, nantinya akan ada sandi khusus yang akan dikirimkan melalu ponsel untuk verifikasi apakah benar pemilik akun yang melakukan log in.
Email Alternatif. Ini juga salah satu cara pengamanan akun yang sebaiknya diisi, karena apa? Ketika nantinya akun terlanjur dibobol orang, email alternatif ini bisa mempermudah memulihkan.
Berhati-hati ketika menggunakan wifi gratis. Jangan membuka akun penting seperti akun perbankan/mobile banking, karena bisa jadi jalur tersebut digunakan untuk membobol data.
Hati-hati dengan semua situs yang akan dibuka, apalagi situs yang dianjurkan untuk dibuka. Pastikan bahwa situs tersebut adalah resmi, bukan situs abal-abal.


Jadi, pertanyaan saya, “Gak ribet kan?” Kalau untuk keamanan, harusnya nggak ribet, dong ya? Bottomline, punya banyak asset digital dan bertransaksi online itu harusnya memudahkan kita karena lebih praktis. Tinggal bagaimana kita bijaksana memperlakukan asset-asset digital kita dan menjaga kemanannya. ;)




Young at Heart di Usia Cantik

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Kalau ada satu hal besar yang saya pelajari tahun 2016 ini, itu adalah belajar untuk menjadi lebih bahagia. Definisi bahagia saya selalu berganti-ganti setiap dekade dalam hidup saya. Di usia 10 tahun, kebahagiaan saya sangat sederhana; boleh tidur lebih malam, PR sudah selesai dikerjakan dan mendapat nilai bagus di sekolah. Usia 20 tahun, kebahagiaan saya berubah; bisa lebih lama hang out dengan sahabat-sahabat kampus dan … yeah, beberapa kali pacaran backstreet, deh. Hahaha. Masuk usia 30 tahun, saya justru masuk ke masa-masa galau mendefinisikan bahagia. 




Menikah, sudah. Punya anak-anak yang sehat dan cerdas, alhamdulillaah. Keadaan ekonomi, walau tidak berlebihan, alhamdulillaah juga tidak kekurangan. Tapi kok sempat merasa flat, ya? Nyatanya, saya terlalu pelik membuat definisi bahagia ketika usia masuk kepala tiga. Apa harus kerja lagi? Apa harus jadi orang terkenal? Apa harus mendapat penghargaan-penghargaan? Apa harus selalu jadi pemenang? Apa yang harus saya capai untuk bisa bahagia?


Belum lagi sejak dua atau tiga tahun yang lalu, Mama saya mulai sering kasih nasihat, “Umur udah mau 40, perbaiki diri. Karena kalau udah lewat 40 tahun nggak ada perubahan ke arah kebaikan, maka kamu nggak akan berubah selamanya.” Terus-terang, rada ndredeg dengernya. Waduh, berat juga jadi tua, ya? Heuheuheu.


Dikelilingi pikiran-pikiran seperti itu aja, tanpa diembel-embeli masalah lain, rasanya hidup kok makin berat? Udah bisa ketebak banget, beberapa tahun ke depan, saya pasti kelihatan jauh lebih tua dari usia saya yang sebenarnya. Karena saya luput sesuatu yang harusnya bisa membuat saya bahagia di usia 30-an. 



Sebuah pencerahan datang sekitar 4 tahun yang lalu, ketika Mama saya sakit. Ternyata nggak penting jadi sukses dan dipuja-puji, kalau hati sendiri gagal tertawa lepas tanpa beban. Hidup perlu ambisi untuk move forward, tapi terobsesi untuk terus mengejar kesuksesan ternyata membuat saya melupakan banyak hal sederhana di sekeliling saya yang amat sangat patut dihargai dan disyukuri. Saya pun mencoba mengubah persepsi tentang bahagia menjadi sesuatu yang jauh lebih sederhana, semata sebagai gerakan self healing diri saya yang mulai merasa gelisah.
Dulu, mendengar suara tawa anak saya yang menumpahkan susu ke meja, saya anggap biasa. Dulu, bermain dengan mereka menjadi satu kewajiban dan rutinitas yang otomatis saja buat saya. Apa saya merasa terbebani? Nggak. Tapi apa saya menikmati sepenuh hati? Tenyata nggak juga.  Saya lupa bersyukur dengan cara menikmati dan menghargai kebersamaan dengan keluarga yang nilai dan manfaatnya jauh lebih baik untuk kesehatan jiwa dan fisik saya.



Alhamdulillaah, saya cepat menyadarinya. Mengurangi kegiatan di luar rumah dan lebih banyak bercakap-cakap dan bercanda dengan suami dan anak-anak,  ternyata tidak mengurangi nilai saya sebagai seorang ibu dan perempuan. Dan saya lebih bahagia! Saya menemukan kebahagiaan paling murni di masa memasuki usia cantik saya. Iya, tahun 2016 ini saya genap berusia 40 tahun. Dan yang saya inginkan saat ini hanyalah bisa tertawa bersama keluarga. Yang lain, boleh diambil kalau sempat, tapi nggak perlu dikejar kalau tidak membuat hati saya lebih baik dari tertawa bersama mereka.



Satu lagi resep bahagia yang saya temukan dalam perjalanan saya memasuki usia cantik; banyak-banyaklah berinteraksi dengan anak-anak. Mereka memiliki niat paling murni dan tawa paling tulus tanpa kepentingan, tendensi dan prasangka. Sejak saya rutin bermain dengan anak-anak, mengumpulkan mereka di rumah untuk bermain kreatifitas yang kami sebut Safina’s Fun Art Club, saya makin sering tersenyum dan tertawa melihat polah polos mereka. Selesai kegiatan, biasanya capek luar biasa, tapi senangnya lebih besar.  



Ternyata bahagia itu buat saya adalah banyak tertawa dengan orang-orang yang paling saya cintai. Saya jadi menemukan hal-hal yang tidak terduga juga, misalnya, ternyata anak perempuan saya punya bakat melawak. Tiap hari ada aja kelakuannya yang membuat kami sekeluarga ngakak nggak abis-abis. Oh, and a bit additional, saya menemukan lagi hobi lama saya menggambar yang terlupakan ternyata sekarang makin melengkapi “kesederhanaan” bahagia saya. Kalau udah begini, mau minta apa lagi, sih sama Tuhan selain panjang umur dan bonus awet muda? I’m at my best today. 



Ngomong soal awet muda, hati boleh selalu merasa muda, tapi urusan kulit ya tetap harus dijaga, kan, ya? Kata orang sih, banyak ketawa bisa bikin awet muda. Tapi ada juga yang bilang, banyak ketawa, bikin garis tawa di sekitar mulut dan bibir makin kelihatan, lho. Apalagi kalau udah masuk usia cantik, nih. Itu asal-muasal kerutan di wajah. Waduh. Masak setelan muka harus tegang terus  demi menghindari kerutan dini? Errrgh. Kasian anak saya yang tukang ngelawak itu, kalo saya nggak ketawa sama joke-nya, dia bisa seddiiih. Heuheuehu.



Ternyata nggak susah kok menjaga kulit wajah di usia cantik (memasuki 40 tahun). Tenang ajalah, ada L’Oreal Revitalift Dermalift dari L’Oreal Paris. Rangkaian produk ini memang dikhususkan untuk perempuan usia matang kayak saya, nih. Masuk usia 35 tahun, harus udah mulai concern sama masalah-masalah kulit yang muncul. Sebisa mungkin kerutan-kerutan sekitar mata dan mulut ditunda kedatangannya dengan melakukan perawatan kulit. Makanya kudu rajin membersihkan muka dan pakai cream perawatan hariannya. Selain makan sehat dan banyak minum air putih, ya. Olahraga juga jangan lupa. Penting! 



Setelah lebih dari satu bulan mencoba rangkaian produk Revitalift Dermalift ini, saya merasakan sendiri kecantikan kulit wajah ada perubahan. Yang tadinya kulit wajah saya kering dan kusam, sekarang agak kenyal dan lembab. Setiap pagi sebelum memakai make-up dan malam menjelang tidur, saya membersihkan muka dengan Milky Cleansing Foam Revitalift Dermalift. Saya suka cleansing foam-nya, karena wanginya segar dan terasa ringan di kulit wajah saya. Setelah membersihkan wajah, pagi hari saya pakai Day Cream Revitalift SPF 23++ untuk melindungi kulit wajah dari efek paparan sinar matahari. Menjelang tidur, pakai Night Cream Revitalift. Waktu cari-cari tahu seputar tiga produk ini, saya menemukan kalau rangkaian produk L’oreal Dermalift ini mengandung Centella Asiatica yang diyakini mampu mengurangi kerutan sampai 27% dan meningkatkan kekencangan kullit sampai 35%, terutama di area-area rawan kerutan seperti antara alis mata, bawah mata, ujung luar mata, garis tawa/senyum sampai leher. Kalau penasaran mau nyobain, produk ini bisa didapat di http://bit.ly/UsiaCantik ya, kakaak. Serius, deh. Harus coba. 



Sekali lagi, kecantikan wajah nggak akan terlalu signifikan pengaruhnya terhadap kebahagiaan kita sebagai manusia, karena yang paling penting itu menjaga hati dari hal-hal yang merusak pikiran dan kebahagiaan. Tapi dengan terjaganya kesehatan kulit, setidaknya ikut menjaga mood kita sebagai perempuan yang sedang masuk masa rawan masalah kulit. Satu masalah sudah tertangani (masalah kulit), sehingga usia cantik bisa dihadapi dengan senyum. Yuk, senyum di usia cantik!

Gerakan #UsiaCantik ini sepenuhnya didukung oleh L’Oreal Paris Revitalift Dermalift.

#UsiaCantik
#LorealDermalift
#Emak2Blogger
#Emakblogger





[Jogja Trip, Part 1] Punya Rumah di Jogja

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Haloo! Kangen pasti ya sama akyuu! Hahaha. Akhirnyaaa, Emak Gaoel piknik juga ke Jogja, shaaay! Girang bener, persis kayak orang jarang piknik. Yah, seperti ituuh. -_-

Let's go, pasukan! Kita piknik ke Jogjaaa! :D

Tanggal 11 November kemarin, alhamdulillaah ya Allah, sekeluarga akhirnya bisa juga jalan-jalan ke Jogja. Padahal beberapa minggu sebelumnya si Safina nih baru aja komplen, "Why I never went to any places?" Heh? Ape lu kate, bocah? Gini nih akibat ngajak anak piknik pas umur masih kekecilan. Lupa! Padahal dia udah pernah dibawa ke Singapur segala, ke Universal Studio, di sini ceritanya. Tapi ya itu, gara-gara masih kecil banget, dia gak inget, dong. Dan nuntut, mau piknik pokoknya. Ya Gusti, belom masuk jadwal vekesyien juga. Mana ni anak-anak kan baru selesai check -out dari hospital kemaren. Piye carane?

Allah Maha Mendengar. Mbak Irma, sahabat blogger sejak jaman kuda belum lebaran (eh) kontak saya dan nawarin jalan-jalan ke Jogja dan stay di homestay-nya yang baru buka beberapa bulan yang lalu. Sekalian, ada kerjaan buat mural/lettering service di sana. Alhamdulillaah, bisa liburan sambil kerja. Mbak Irma ini kok tau aja, ya? *towel ah*


Maka, seperti biasa, kisah traveling keluarga Emak Gaoel, gak akan jauh dari keculunan-keculunan akibat jarang piknik. Dari awal kita udah itung-itung budget yang ngepas banget buat pergi ber-empat. Mau naik pesawat? Coret! Naik kereta api? Mungkin. Tapi pilihan paling murah itu ya bawa mobil sendiri. Langsung ditolak metah-mentah sama suami. Hahahaha. Dia ogah bener pulang dari cuti badan pegel-pegel gara-gara kelamaan nyetir. Yo wes, naik kereta api tut tut tut aja. 

Masih inget cerita culun waktu saya pesan tiket ke Singapur ini? Kejadian lagi dong waktu pesen tiket kereta. Demikian. -_- Intinya, saya salah pilih tempat duduk, akibatnya kita berempat dapat tempat duduk di 4 gerbong terpisah. Huahaha, yang boneng aja luh? Akhirnya terrrpaksa ngurus ke stasiun, bayar ekstra 25% dari total harga tiket. Mayan, yah. Belom sampe Jogja, dompet udah mangap. Halah. 


Akhirnya kita sampai Jogja dengan selamat. Dijemput sama staff dari Pesona Jogja Homestay yang namanya Widhi (yang segera begitu ketemu langsung jadi kesayangannya aku di Jogja). ^_^ 

Aaah, Jogja. Mau mulai dari mana kita? "Kapan terakhir ke Jogja, Mbak Winda?" tanya Widhi dalam perjalanan menuju homestay. Saya dan suami langsung mesem-mesem. Terakhir ke Jogja adalaaah .... 14 tahun yang lalu, waktu kami honeymoon. Hahaha. Makin kuat dakwaan sebagai orang jarangg piknik. :p

Whatever. Pokoknya, begitu ada kesempatan untuk traveling sama keluarga gini, apa pun yang terjadi di depan, kita hadapi dengan hati senang dan ketawa-ketawa aja. Nanti di postingan lain aja ya saya cerita tentang tempat-tempat yang kami kunjungi. Kali ini saya kheuseus mau cerita tentang Pesona Jogja Homestay yang-ya ampun, sumpah- bikin males balik ke Bekasi. Hihihi. 

Pesona Jogja Homestay (PJH) ini basically seperti semacam cluster di tengah-tengah perkampungan penduduk yang lokasinya di tengah kota Jogja. Jadi, gak heran juga begitu saya sampai sana, mendadak saya ngerasa jadi orang Jogja, terus ngomong dimedok-medokin. PJH ini ada 6 rumah yang salah satunya difungsikan sebagai kantor. Kalau traveling sendiri atau cuma berdua, bisa pesan satu kamar aja. Kalau sekeluarga kayak saya, lebih ekonomis dan praktis pesan satu rumah. Oh iya, hari ketiga di sana, Mama Papa saya nyusul soalnya, jadi emang pas banget waktu saya dikasih rumah Prambanan yang berkamar tiga di PJH. 





Yang bikin makin betah di PJH adalah, staffnya semua ramah buangeeeetttt. Sopan buangeeeettt. Baik buangeeeet. Ya ampun, saya harus sering-sering ke Jogja biar hati adem ayem tentrem. Sungguh manusia-manusia yang menyenangkan hati. No wonder, orang betah banget di Jogja. Saya selalu jatuh cinta setiap ke kota ini. Btw, total ini kedatangan saya yang ke-lima kalau dihitung dari jaman sekolah dulu. Hihihihi. Jadi gak usah khawatir kebingungan di PJH. Semua staff di sana siap membantu, kapan pun. Mau ngibrit ke minimarket beli sikat gigi, dianterin. Mau makan pecel, dipesenin. Mau pinjem sendal jepit, dipinjemin. Makasih ya, Wid, sendal jepitnya. :v Termasuk, mau pesan mobil untuk keliling Jogja, dibantuin urusannya. Btw, driver/guide yang bawa kami sekeluarga keliling Jogja kemarin kerenlah. Namanya Dimas. Baik, sopan, rapi dan informatif. Recommended! Dimas oye! Pokoknya tinggal bilang, urusan beres. Warbiyasak. Safina sampe pengen ekstend di Jogja. Huehehe, sekolah, neng! 



Layaknya rumah, tiap rumah di PJH udah lengkap sama ruang tamu, ruang makan, dan dapur. Jadi kalau mau masak-masak sendiri juga bisa. Kamar mandi juga ada air panasnya. Gak usah khawatir kehabisan air, dispenser ada, kak. Tivi juga ada di tiap kamar. Dan saya senang bisa terima tamu di PJH, karena berasa kayak nerima tamu di rumah sendiri aja. Alhamdulillaah kemaren kedatangan beberapa teman di Jogja. Jadi nerimanya di ruang tamu rumah Prambanan-ku, dong. Hahahah, serasa nyonya rumah, beud. Makasih ya, Ndonz, Mbak Endah, Rian, Elsa dan Marul yang udah mampir ketemuan. 





Yang lucu, tiap saya mau keluar, saya selalu pesan kamar gak usah diberesin. Ya percuma, ntar juga berantakan lagi. Tetep aja diberesin sama Mbak Endang. Oh, I love you so much Mbak Endang dan kopimu. Dan berhubung saya sekalian kerja bikin mural buat PJH (nanti proses bikin muralnya saya ceritain di postingan lain juga, ya), bisa ditebak dong kalau saya begadang terus di sana. Tengah malam, butuh kopi, dibikinin juga, kakaaak. Ini tamu kok ngerepotinnya maksimal bener, ya? Fun fact paling bikin sirik adalah, di Jogja gak ada nyamuk. Begadang sampe subuh, pintu ngejeblak lebar, gak masalah. Hah! Hayati sirik, bang. Di Bekasi nyamuk kok keroyokan, ya? :( Kalau buat anak-anak, highlite stay di PJH adalah, lokasinya deket banget sama Malioboro, Museum de Mata dan De Arca. Jadi sempat juga ngerasain naik andong dan becak waktu kita di sana.


Kalau kamu gak mau ribet, lebih baik booking dulu kamar atau rumah di PJH lewat booking.com atau Traveloka. Simple banget, kok. Malah di booking.com kamu gak perlu bayar duluan. Seriuslah saya, kalau kamu pengen ngerasa punya rumah di Jogja selama liburan, stay di Pesona Jogja Homestay. It's more about the feeling you get inside when you're there. Pada saat kita sudah harus pulang nanti, tiba-tiba kita jadi merasa sedang akan pergi dari rumah. Ahelah, bikin baper nih. Pengen balik lagiiii!

-BERSAMBUNG-

Kenapa Didorong, Padahal Harusnya Ditarik?

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Jadi kan, saya ngakak baca status Papap Rauf di Facebook:


Astaga! Ternyata ada juga yang ngerasa terganggu sama yang satu ini. :v Jadi kita bahas, nih? Semacam penting? Hahaha.

Gak tau kenapa, dari duuluuu saya selalu patuh sama aturan-aturan yang tertulis dan terbaca. Misalnya, lihat tulisan, "Dilarang buang sampah di sini," ya patuh. Gak bakalan berani buang sampah di situ. Atau misalnya ada tulisan, "Periksa lagi barang-barang milik anda sebelum meninggalkan taksi," saya mah beneran ngecek. Bukan karena takut ada barang yang ketinggalan, tapi karena merasa ada dorongan wajib mematuhi aturan yang gak sengaja kebaca di taksi.


Kepatuhan ini termasuk juga tiap kali melihat tulisan "Tarik" atau"Dorong"di pintu-pintu masuk minimarket atau gedung. Beberapa tulisan memang ada yang dalam bahasa Inggris; "Pull" dan "Push". Alhamdulillaah, saya nggak kebingungan bedainnya sih, padahal bedain kiri sama kanan saya masih suka ketuker.

So, kalau masuk minimarket sempet saya lihat orang lain enak aja maen dorong padahal tulisannya "Tarik" saya suka gemes pengen cubit-cubit pipinya. Halah. Kalau anak saya yang begitu, pasti langsung saya koreksi, karena kadang mereka suka gitu juga.

Saya paham sih, energi yang keluar untuk mendorong mungkin terasa lebih kecil ketimbang saaat menarik pintu. Apalagi pintu-pintu kaca tebal seperti di minimarket itu kan suka rada berat, ya. Tapi, kan itu ada tulisannya, masak dicuekin ajaa? Huaaa, Hayati baper.


Coba pikir deh, aturan pasti dibuat untuk menciptakan ketertiban. Kalau yang di dalam ruangan dengan tulisan "Dorong" patuh, dan yang di luar dengan tulisan "Tarik" cuek, kebayang yang terjadi? Dorong-dorongan pintu, gak kebuka-buka sampe lebaran unta. Atau lebih parah, yang di dalam baru sampai depan pintu, belum sempat dorong pintu, yang di luar dengan cueknya dorong pintu yang tulisannya "Tarik". Bisa bikin orang celaka. Lebih riweuh lagi, kalau ada petugas lagi nurun-nurunin barang berkotak-kotak.

Setelah pasang status tadi, terungkaplah beberapa alesan teman-teman saya yang ngaku masih suka cuek sama urusan Tarik-Dorong ini.  Alesannya macem-macem. Mulai dari:

"Bingung bedain Push sama Pull."

"Enakan dorong daripada tarik."

"Yang tulisannya "Tarik" lebih gampang didorong."

Hahahaha, dudul, ih. Terserah kaliyyan deh, terseraaah. *lah, kok pundung?* Sekalian masukan aja sama minimarket-minimarket, kalau emang niat kasih aturan Tarik-Dorong di pintu, sekalian aja kasih door-stopper, biar gak pada bandel. Wkwkwkwk. Di beberapa tempat saya pernah juga kok nemuin yang model gini. Yang "Push" gak bisa ditarik, yang "Pull" gak bisa didorong. Adil sejahtera, yang bandel terpaksa nurut. Hihihihi.

Maaf yah, ini tulisan gak ada intinya banget. Cuma omong kosong belaka yang sekadar menuh-menuhin postingan di blog. Semoga abis ini banyak yang ngelirik blog ini dan ngasih job bermilyar-milyar. Klik like dan aamiin.

Menyebar Inspirasi Lewat Hobi Lettering Art

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Bismillaah.

Cerita ini berawal dari sebuah kegelisahan. Satu pertanyaan yang selalu terlontar dari ibunda sejak tiga tahun yang lalu, "Umur sudah hampir 40 tahun. Harus sudah berubah jadi lebih baik, atau kamu nggak akan berubah selamanya." 


Saya gelisah. Dan bingung. Sepuluh tahun terakhir ini bisa dibilang justru saya banyak membuat prestasi-prestasi penting yang harusnya membuat Mama bangga pada saya. Kenapa pertanyaan itu terlontar dari beliau? Apa menurutnya saya masih belum membuatnya bangga? Apa prestasi-prestasi saya selama ini, yang saya klaim sebagai kerja keras saya sendiri untuk menunjukkan jati diri saya sebagai seorang ibu dan perempuan, kurang besar baginya? 

Udah 40 tahun. nih. :)

Saya tanyakan pada diri saya sendiri, "Kamu bahagia, kan?" Saya berusaha tersenyum untuk menjawab, "Ya!" Lalu saya pandangi wajah polos anak-anak saya. Terlintas wajah Mama dan Papa. Lalu teringat sebuah nasihat yang begitu sering saya dengar dan baca, "Anak adalah pintu sorga kedua orangtuanya. Didiklah anakmu mengenal Allah, mereka akan jadi penyelamatmu di hari akhir." 

Tersedak. Kembali saya pandangi wajah kedua anak saya. "Duhai, akankah kalian menjadi penyelamatku kelak, anak-anakku? Cukupkah ilmu yang kusampaikan pada kalian sehingga menjadikan kalian mengenal Allah?" Apakah saya sudah cukup mengenal Allah? Lalu bagaimana nasib kedua orang tua saya nanti? Mereka tentu juga memiliki harapan yang sama atas diri saya, seperti saya kepada anak-anak saya. Bisakah saya menyelamatkan mereka di hadapan Allah kelak?


Tepat satu tahun yang lalu, setelah hampir dua tahun Mama meminta saya untuk mulai membaca Al Qur'an dengan rutin, memahami artinya, menghayati tafsirnya dan mempelajari semuanya, untuk kebaikan saya sendiri. Saya mulai membuka kembali Al Qur'an terjemah yang sudah lama saya miliki. Walaupun tidak setiap hari, tapi saya biasa membaca Al Qur'an itu. Hanya membaca, mengaji kalau kata orang kita. Sedikit pun tidak saya baca terjemah berhuruf kecil-kecil di samping jejeran huruf hijaiyah dalam Al Qur'an itu. Semata karena saya merasa kewajiban membaca Al Qur'an saya sudah tuntas hanya karena saya sudah menyelesaikan membaca satu juz dalam setelan rally. 

Saya mulai membaca perlahan arti tiap ayat yang saya baca. Terlintas sebuah keinginan untuk bisa menghafalnya. Dengan menghafal arti ayat-ayat suci itu, setidaknya saya tahu apa yang sedang saya baca. Tapi daya ingat saya sudah makin payah. Usia tidak lagi muda, penyesalan cuma akan membuang-buang waktu. Saya harus menemukan cara yang efektif dan menyenangkan agar proses ini bisa saya jalani. 


Hobi saya sejak kecil adalah menulis. MENULIS dengan tangan, memakai kertas dan pulpen. Entah berapa jumlah buku harian yang penuh saya tulis sejak saya berusia 12 tahun sampai sebelum menikah. Hobi itu terhenti ketika saya menikah dan punya anak. Waktu saya tersita dan internet menggantikan gerak tangan saya menggores tinta di atas kertas. Saya mulai lebih mahir menekan-bekan tombol huruf di keyboard komputer ketimbang menulis di atas kertas. Tiga novel yang diterbitkan menjadi saksinya. Blog ini juga salah satu hasilnya. 


Sementara itu, keinginan untuk bisa sedikit demi sedikit memahami arti ayat dalam Al Qur'an makin membuncah. Saya mulai mengambil selembar kertas dan sebuah pena. Menyalin arti tiap ayat yang saya baca dengan tulisan yang seindah mungkin yang bisa saya buat. Dimulai dari surat Al Fatihah, tekad saya bulat; ingin tuntas menyalin semua arti ayat dalam Al Qur'an mulai tahun 2016. Saya tahu ini terdengar ambisius sekali. Entah pun saya bisa memenuhinya atau tidak, tapi hati saya begitu berdebar karena semangat yang tidak terbendung. Lembar demi lembar penuh dengan tulisan tangan saya. Menyalin arti dari ayat demi ayat suci itu membuat saya mulai paham beberapa hal yang tadinya belum pernah saya tahu. Sedikitnya, beberapa ayat yang sering saya dengar, saya bisa hafal artinya. 

Ini tulisan tangan terjemah Al Qur'an paling pertama yang saya buat bulan Desember 2015

Lembar-lembar tulisan tangan saya itu saya kumpulkan ke dalam satu album di Facebook milik saya, sebagai penanda hari saya memulainya, dan semoga ada teman yang mau menemani perjalanan baru ini. Saya tidak menyangka sama sekali, dari sana terbuka sebuah pintu besar yang tadinya bahkan saya tidak tahu kalau ada pintu itu dalam hidup saya. Allah Maha Kuasa. Semudah itu bagiNya membuka dan menutup jalan hambaNya. Tanggapan dari teman-teman di Facebook sangat positif dan membuat haru, membakar semangat saya menjadi makin berkobar untuk menyelesaikan tantangan ini.

Tidak menunggu lama, beberapa teman mulai memesan tulisan/lettering saya. Tadinya saya jengah, apa iya mereka serius mau membeli? Sebagus apa sih lettering saya yang baru mulai ini? Saya pun mulai tertarik untuk melihat-lihat lettering art artist-artist di Instagram. Melongo-melongo sendiri melihat keindahan karya tangan mereka, lalu mulai sedikit-sedikit mencuri ilmu mereka dari video-video tutorial yang mereka bagikan. Allah memberkahi mereka yang ikhlas berbagi ilmu.


Pintu-pintu yang dibuka oleh Allah melalui niat awal saya yang ingin bisa menghafal arti Al Qur'an begitu banyak. Sampai saat ini saya masih merutinkan membuat lettering art terjemah ayat Al Qur'an setiap hari, sambil menjalankan apa yang sekarang malah menjadi bisnis hobi yang menyenangkan sekali dilakukan dari rumah.

Souvenir




Wedding Signs





Home Decoration




Mural for Business





Mengisi Workshop





Kids Fun Art Club
 


Satu hal baru yang saya pelajari setelah beberapa saat mendalami lettering art, alat yang digunakan ternyata tidak banyak yang menjual secara offline. Beberapa brand malah merupakan produk import yang hanya bisa ditemukan di online shop. Saya mulai rajin mencari-cari alat gambar yang spesifik di online shop. Daripada saya ke mana-mana, saya selalu mencarinya di Bukalapak, karena di sana berkumpul banyak online shop dari berbagai kategori.

Alat untuk lettering itu banyak banget macamnyaaa!

Hanya dengan mengetikkan kategori alat yang saya cari, semua online shop yang menjual alat tersebut langsung terbuka. Saya lebih leluasa memilih dan menimbang-nimbang harga. Selain itu, di Bukalapak saya selalu merasa transaksi yang saya lakukan aman, karena pelapak/penjual baru akan menerima uang yang saya bayarkan saat saya sudah mengkonfirmasi barang sudah diterima di tangan.




Bukalapak membantu kelancaran pekerjaan saya sekarang. Semoga bisnis yang diawali dari hobi ini kelak bisa berkembang dan yang paling penting selalu diberkahi Allah. Saya banyak belajar di HIJUP Magazine seputar perempuan-perempuan inspiratif yang sukses merintis bisnisnya (sambil kadang suka khilaf belanja jilbab sekalian, hehehe). Semoga niat saya selalu terjaga dan banyak orang yang ikut merasakan manfaatnya, syukur-syukur terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Saya terbuka banget lho kalau ada yang mau mengajak untuk belajar bersama. Sekarang ini saya sudah menyusun sebuah modul latihan untuk di rumah berupa Brush Lettering Starter Kit. Yuk, belajar lettering art! ;)

Starter Kit yang saya susun untuk latihan lettering sendiri di rumah.


[Jogja Trip, Part 2) Meleleh di Pantai Indrayanti dan Foto-Foto Manja di Hutan Pinus Imogiri

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Yang belum bacaPart 1dilarang baca yang ini. Maksa harus baca semuanya. :v

So, hari kedua di Jogja, sewa mobil dari pagi karena mau ke Wonosari. Dari jauh-jauh hari anak-anak udah ribut mau ke pantai pokoknya. Nanya-nanya sama Mbak Irma (owner Pesona Jogja Homestay, tempat kami menginap) dan googling, katanya di Wonosari berjejerlah pantai-pantai syantiex berpasir putih. Ada beberapa pilihan, tapi akhirnya pilihan kami jatuh ke Pantai Indrayanti, salah satu pantai yang paling populer di jejeran pantai komersil di wilayah Wonosari.


Perjalanan dari kota Jogja kurang lebih makan waktu 3 jam. Safina sempet mabok di mobil karena ngelewatin jalan agak belok-belok, turun-naik. Maklum, bocah rumahan, hahaha. Kondisi jalan overall sih bagus, cuma di beberapa titik agak sempit sehingga kadang kalau papasan sama bis gede, terpaksa ngalah. 

Kami berangkat jam 9 pagi, dari rencana mau jalan jam 6 pagi. Yeah, right, jam 6 pagi. -_- Begitu masuk di area pantai komersil Wonosari, kami harus membeli tiket seharga Rp 9.500/orang. Pilihan pantai ada beberapa nama, dan itu bisa didatangi semua dengan tiket seharga itu. Pas dilihat-lihat, nama Pantai Indrayanti ternyata gak tercantum di tiket. Ternyata kata Dimas, guide kami, pantai Indrayanti memang bukan milik Pemda, melainkan milik pribadi, jadi tidak tercantum di tiket yang dikeluarkan Pemda. Tapi kita tetap bisa ke sana, kok. 


Mama cantik makin cantik waktu tepat jam 12 siang sampai di pantai, cwuyyn! Meleleh paripurna. Duhai! Tapi demi apalah, gak peduli foundation udah jadi bubur MPASI rasa kacang merah, pantainya tsakeeeppppp! Pasirnya banyaaak! Warnanya putiiih! Airnya biruuuu! Langitnya biruuu! Ombaknya indaaah! Dan ada bukit kecil di area kiri untuk yang pengen foto ala-ala memandang lautan dari ketinggian, sambil merenung, "Jodoh, di mana kau gerangan?"



Ah, pokoknya cucoklah Pantai Indrayanti. Anak-anak kayak gak ngerasain panas sama sekali, langsung jebar-jebur, main pasir, mondar-mandir gak tau ngapain aja. Akuh berteduh di bawah pos lifeguard, pakai topi lebar dan berharap hujan turun. Tapi doa saya tidak makbul. Seharian itu cerah banget, nyaris ngeselin panasnya. Saking aja lagi piknik, pantang kesel. Telen aja itu keringet rasa garem. 


Hayati hanya mampu bertahan sampai jam 2 siang, bukan karena kepanasan aja, tapi juga laper. Widhi kemarinnya ngusulin abis dari Wonosari, kami bisa melihat Hutan Pinus di Imogiri, gak jauh dari situ. Akhirnya kita bubar dan siap-siap cari makan sambil menuju Hutan Pinus di Imogiri. 





Alhamdulillaah, karena udah sore, plus suhu udara di Hutan Pinus ternyata lumayan sejuk. Lumayan buat ngadem sambil foto-foto. Nggak bayar kok masuk ke sana, cuma bayar parkir aja. Cantik beneran hutannya. Tapi ya, cuma itu aja sih. Adalah tempat foto di atas pohon model yang lagi nge-heits itu. Cuma Safina nggak mau naik, takut katanya. Ada hammock-hammock warna-warni terpasang di pohon pinus yang menjulang tinggi kurus, lagi-lagi, cantik buat foto-foto. Hihihihi. 

Hari ini, mission accomplished. Anak-anak happy, emak meleleh, bapak tepar. Besok lanjut lagi.

(Bersambung)

MeeMaa Style, Butik Muslimah di Grand Galaxy City

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Sebutlah bahagia waktu saya diundang ke peluncuran sebuah butik busana muslimah di Bekasi, dekat sekali dari tempat tinggal saya. Antara gelisah dan bahagia sebenarnya. Gelisahnya, serem-serem asoy nih kayanya bakal sering mampir. Hihihi.

 Foto: Bloggercrony

 Sabtu, 3 Desember 2016 pagi, meluncurlah saya menuju MeeMaa Style Boutique di Rukan Sentra Bisnis, Grand Galaxy City, Jaka Setia, Bekasi. Selain peresmian butik milik Mbak Chae Ra Lee itu, akan ada fashion show dan ramah-tamah juga dengan keluarga Mbak Chae. Sempat dapat bocoran, keluarga Mbak Chae ini ternyata keluarga pebisnis. Jadi pengen denger pengalaman mereka berbisnis keluarga. Siapa tau bisa dicontek, ya. ;)

Alhamdulillaah, walaupun acara agak molor mulainya, dari awal sampai akhir acaranya lancar. Yang paling menarik buat saya justru saat pembawa acara memperkenalkan keluarga Mbak Chae mulai dari sang ibu (Umi) dan suami. Ternyata Umi masih aktif mengendalikan bisnis Vermint lewat perusahaan milik keluarga, Vermindo. Luar biasa semangatnya. Dari hasil tanya-tanya, Mbak Chae ternyata mewarisi bakat bisnis memang dari sang ibunda. Sejak kecil sudah dibiasakan untuk usaha mencari uang. Pernah jualan lontong sama bakwan segala lho di sekolahnya dulu. Mbak Chae juga pernah kerja jadi SPG, sampai akhirnya bergabung sebentar membantu di Vermindo.

Keluarga hebat Mbak Chae Ra Lee. Ssst, si kakak (anak sulung Mbak Chae) itu cita-citanya mau jadi desainer, lho. ;) (Foto: Bloggercrony)

Nggak lama kemudian barulah Mbak Chae inisiatif untuk mulai bisnisnya sendiri di bidang fashion muslimah. Dari mulainya karena passion, Mbak Chae juga mulai serius dengan ikut kursus singkat design supaya ilmunya berkembang. Jangan salah, Mbak Chae udah pernah menggelar fashion show di Turki Fashion Week lho baru-baru ini.


Kalau dilihat-lihat desain busana muslim karya Mbak Chae ini dominan warna-warna pastel, setidaknya yang ditampilkan di runway siang itu, ya. Dusty pink, dusty grey dan dusty purple mendominasi, which is saya suka bangeeet, karena warna-warna kayak gitu emang paling cocok sama kulit eksotis saya. Hihihi. Tapi untuk keseluruhan koleksi sih, beragam, kok. Ada juga warna-warna terang dan berani. Koleksi yang ditampilkan di Turki Fashion Week contohnya, warnanya tegas dan berani, biru dan hitam dengan ornamen aplikasi di beberapa bagian. 



Kalau untuk jenis pakaian, beragam juga kok. Ada tunik, dress, overall dan outer atau vest. Kata Mbak Chae sih dia mengikuti trend busana muslimah Indonesia kok supaya lebih bisa diterima masyarakat luas. Selain itu Mbak Chae memilih bahan-bahan yang nyaman dan adem untuk di Indonesia, Bekasi terutama ya booo! #kipas2


Pulang dari acara peresmian MeeMaa, saya bawa sebuah outer berwarna biru keunguan dan sebuah hijab segi empat warna ungu. Ketebak banget kan warna favorit saya. Saya belum pernah pakai outer sebelumnya. Gimana, cucok, kan? Cakep buat acara formal malam hari. 


Feel free to stop by at MeeMaa Style if you come to the near area, girls. Dijamin betah lihat-lihat, dan mupeng pengen shopping. Hihihi. 



Ketika Princess Naik Taksi Online

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Semua orang tahu (nggak, deng!), Emak Gaoel gak tau jalan, tukang nyasar, gak bisa bedain kiri sama kanan, dan banyak kekurangan culun lainnya yang berhubungan dengan arah dan tujuan. Entah kenapa, mungkin dulu waktu kecil nggak pernah dibawa jalan-jalan. Hahaha. Yang jelas, saya emang susah banget hafal jalan dan arah. Kalau boleh jujur, jalan dari Bekasi ke Ciledug (rumah mertua) pun sampai sekarang belum hafal. Hiks. Bukan karena nganggep gak penting, tapi beneran saya suka blank aja kalau ditanya jalan dan arah. 


Makanya sejak dulu saya bersahabat banget sama public transportation. Naik Metro Mini, yang penting tau turunnya di mana. Naik Mikrolet, yang penting tau nomor berapa dan jangan lupa pesen, "Bang, kasih tau ya kalau saya udah sampe." Naik taksi apalagi, tinggal bilang mau ke mana. Asal siap duit aja.

Alhamdulillaah, sejak ada aplikasi online buat trasnportasi model-model Go Jek, Grab dan Uber, keculunan saya makin dimanja. Ini enak banget! Tinggal klak-klik, cusss! Nggak perlu jelasin mau ke mana, tinggal naik, jadi princess. Tapi kemudian ....

Ternyata nggak semudah itu jadi princess. Karena mulai sering naik mobil/taksi online, saya jadi ketemu sama beragam supir yang sukses bikin saya gagal duduk cantik sambil main hape manjah dalam mobil. Kadang itu cuma keberuntungan belaka. Kalau lagi nggak beruntung, ada aja yang bikin saya blingsatan, takut telat, takut nyasar dan yang paling ngeselin adalah, takut ditanya, "Kita lewat mana, Bu?" Hah? Lu nanya guwwe?


One time, dapat driver yang GPS-nya nggak mau kerja sama. Nggak tau kenapa, tapi saya sih curiga paketannya abis pas abis ambil orderan saya. Ya, mbok isi aja dulu sih di minimarket. Jangan malah nanya ke saya, "Kita lewat mana, bu? GPS saya mati." Errrgh, sebelah kiri sama kanan aja saya bingung. 

Pernah juga dapat driver yang baru hari pertama kerja. Itu sih biasa, mengingat aplikasi online ini kan memang masih baru booming ya di Indonesia. Masih banyak rekrut tenaga baru. Yang nggak biasa itu, dapat driver yang hari pertama kerja, orderan pertama, bingung pakai aplikasi dan GPS, baru pindah dari Kalimantan setelah tinggal di sana selama 10 tahun, dan bilang, "Ibu tunjukin jalannya ya nanti." Ya Allah, tunjukkanlah jalan yang benar, pada kami berdua. -_-

Kadang dapet driver yang hasrat curcolnya tinggi banget. Baru duduk dalam mobil, "Bu, ada lowongan kerja, gak?" Yah, mas. Aku lelah mendadak. Tapi ya, sering juga hasrat ngobrol saya yang lagi tinggi, terus dapet driver yang lempeng. Nggak mau diganggu saat bertugas, pokoknya serius banget mengendarai mobil, sampai ajakan ngobrol saya dicuekin. "Udah lama pak bawa mobil?" Diam lima detik. "Baru, bu." Karena hasrat ngoceh lagi membludak, nanya lagi dong, "Sebelumnya kerja di mana, pak?" Dilirik sinis. Ih, aku salah apaaah? :(

Ternyata, nggak cuma nyari pasangan hidup aja yang susah-susah gampang. Sama driver taksi online pun perlu campur tangan Tuhan agar berjodoh. Sering juga kok saya dapat driver yang klop banget mood-nya sama mood saya. Kalau udah gitu, ngobrol sampe tujuan nggak selesai-selesai. Saya pernah dapat driver yang udah lumayan berumur, kira-kira seumuran Papa saya. Orangnya suka ngobrol, dan pas kebetulan saya lagi seger banget abis mandi pagi-pagi. Ternyata si Bapak pensiunan PNS dan pejabat pemerintahan yang kenalnya sama menteri-menteri. Rumahnya di perumahan elit, dan mobil yang dipakai untuk bawa taksi online itu mobilnya yang ke-tujuh. Dan saya bingung. Ngapain bawa taksi, paaak? "Iseng, isi waktu. Sambil nunggu weekend, cucu-cucu saya datang ke rumah." Nyesss. Kalau udah gitu, kan saya bingung ya, mau ngasih tips apa nggak? Lah, banyakan duit dia daripada gue? Hihihihi.

Eniwei, jadi mau naik taksi online pun kita harus siap mental, jiwa dan raga. Karena belum tentu "jodoh" sama drivernya. Yang paling bikin serba salah kalau udah nyasar, sama-sama nggak tau jalan, hape sama-sama bulukan gak bisa konek ke GPS dan sama-sama gaptek gak ngerti cara pake Maps. Sekian wasalam. Happened to me one time. Akhirnya kami menyerah, berhenti di minimarket, beli kopi kaleng dan nanya arah sama orang setempat. Hyuuuk. 

Naik taksi, belum tentu bisa duduk cantik kayak princess, yaah. Makanya sekarang mau gak mau saya belajar dikit-dikit cara pake Maps sama nyari-nyari bagian belah mana di hape buat nyalain GPS. Wakakakak. Alhamdulillaah, kemaren ke Bandung udah bisa pake aplikasi Maps, tapi tetep kebablasan karena koneksi lemot. Belokan udah lewat, aplikasinya baru ngomong, "Turn right." Telaaat! #tetepnyasar

Tips Sukses Sampai Tujuan Buat Princess Tukang Nyasar

Ini sekalian aja, karena baru beberapa minggu yang lalu, saya sama Neng Irma Senja terpaksa nunggu 3 jam selesainya jam ganjil-genap di Jl. Sudirman, karena kita terjebak gak tau jalan lain ke hatimu yang nggak ngelewatin peraturan itu. -_-

- Pasang aplikasi Maps atuhlah! Terus belajar gimana cara pakenya. #noted
- Bawa duit lebih, biar bisa kabur ninggalin si Neng, naik taksi. Huahaha.
- Punya temen yang bisa ditelponin, ditanyain arah dan jalan alternatif. Usahakan temennya itu model-model biker penjelajah. Hampir bisa dipastikan temennya itu tau banget jalan-alan alternatif.
- Selalu cukup minum air putih, biar konsentrasi, gak salah belok kiri atau kanan.
- Kalau nggak yakin, jangan masuk tol. Karena kalau di luar tol, kita bisa sewaktu-waktu menepi. Mayan, ngopi dulu di Sevel. Hlah.
- Kalau dapet driver yang sama culunnya, katakan dengan gamblang, "Pak, apakah Bapak yakin kita bisa sampai tujuan? Kalau nggak, saya ikhlas kok dicancel." Jangan PHP, "Kita cari aja ntar, Pak." Hahahah. Wassalam.

Live di Facebook atau Instagram?

$
0
0
Assalamu'alaikum!

Masya Allah, Subhanallaah! Si emak emang sesuatu, sebulan lebih gak nongol di mari. Hahaha. Maklum ya, seus, orderan lettering numpuk. Berfaedah. :*

Selain sibuk bikin pesenan lettering, sebulan kemaren lagi keasikan maen-maen Live di Instagram. You know khaan, live di Facebook udah melanda sejak beberapa bulan sebelumnya. Kemudian, IG tiada mau kalah, kemudian ikutan kasih fasilitas Live. Dan apalah saya ini, emak haus darah publisitas secara langsung dan tanpa basa-basi. Live adalah solusi!


So, sebulan kemaren, saya memuaskan gairah Live saya, baik di Faceboook dan IG. Siapa yang mau nonton, mak? Huahaha. Ya, tapi kita kan PD aja. Paling sial kalau lagi Live itu emang gak ada yang nonton. Tapi selalu ada hikmah di balik itu, yakni .... bisa ngaca di kamera, ngecek jerawat. Karena rajin Live di kedua tempat itu, akhirnya saya menemukan perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari masing-masing Live. Dan tentu saja, seperti biasa, saya harus mengabarkannya kepada dunia. Kalian semua harus tahu, agar tak ada konstitusikonspirasikonstipasi di antara kita.  (Batalin aja kalimat terakhir itu).

Live di Facebook

- Kelebihan

Video hasil live, bisa disimpan dalam postingan di status kamu. Saya senang dengan pilihan ini, karena mostly live video saya berupa demo atau tutorial. Sayang kalau gak tersimpan. Biasanya, hasil live di Facebook selalu saya download, kemudian dipadatkan jadi video semenit, untuk dipost ke IG.  Atau langsung saya setor ke Youtube. Mayan, dapat post di beberapa lokasi dengan satu video.

Live di Facebook termasuk aman, karena kamu bisa pilih audience, tergantung settingan postingan kamu. Kalau mau live ditonton berdua aja juga bisa. Tinggal atur di privacy setting. Kalau kamu punya fanpage, live dari fanpage kamu juga bisa, kok. Saya udah beberapa kali melakukannya.

Kualitas gambar saat Live sebenernya termasuk lebih baik daripada di IG, namun entah mengapa, begitu selesai live di Facebook dan video di-post, kualitasnya langsung njapruk (jadi jelek banget). Tolong dibantu yang ngerti. -_-

Ini salah satu hasil Live di FB yang langsung saya post ke Youtube.


- Kekurangan

Kalau kamu Live di Facebook sambil pasang musik yang dikenali oleh search engine (maksudnya lagu-lagu komersil dan terkenal), maka kamu akan dijegal (((DIJEGAL))) oleh FB saat mau post video hasil Live itu dengan pertanyaan, "Apakah Anda memiliki hak atas lagu/musik yang ada dalam video ini?" Tapi don wori bebeb, itu bisa diakali dengan menjawab beberapa pertanyaan rempong lanjutan dari FB yang menjelaskan kalau cuplikan musik yang kita pakai itu hanya sebagai ilustrasi. Kira-kira demikian.

For some weird reasons yang masih misterius, Live di FB lebih sulit menjaring audience ketimbang di IG. Kalau dari analitoy (analisa sotoy) saya sih, mungkin nih, ya, mungkiin karena tampilan live di FB itu sama persis seperti postingan video biasa sehingga terkesan berat buat di-klik. Hari gini orang mikir-mikir mau klik video, sayang-sayang kuota data. Hahahaha. Apalagi cuma gue gini yang Live? Cih! Beda sama tampilan di IG yang cuma bentuk lingkaran doang, terkesan ringan, dan orang gampang aja gitu nge-klik ngintip sebentar, abis itu kabur lagi. Padahal kan kena data juga, ya? Embuh.

Live di Instagram

- Kelebihan

Cepet banget building audience-nya! Dibanding Live di FB, di IG dalam hitungan menit bisa terjaring (((TERJARING))) lebih dari 10 pemirsa. Ini ukuran saya, ya. Jangan sama-samain saya dengan Dian Sastro, please,. Aku ra sudi. (Mbak Dian apalagi!). Apa mungkin ini karena tampilannya terkesan ringan ya, cuma lingkaran kecil di pojok atas sebagai notifikasi kalau kita sedang Live. Itu ngundang banget buat di-klik.

 Dapet audience segini udah anugerah banget buat akuh. :D 

- Kekurangan

Video hasil Live-nya langsung ilaaang begitu Live session ended! Huhuhuhu. Aku sediih. Padahal kalau bisa tersimpan otomatis di galeri atau dikasih opsilah buat save atau nggak, akan lebih baik lagi (buat saya). Sebagai seorang hoarder, video pun pengennya ditumpuk di galeri. -_-

Kualitas gambar pada video tergantung banget sama koneksi kamu, kalau koneksi lagi lambat, gambar bisa jadi blur banget emang, dan suara terputus-putus. Jadi pastikan koneksimu lancar kalau mau live.

TIPS LIVE ALA EMAK GAOEL

*Lakukan kalau ingin ngehits*

- Sekali lagi, ya, kecuali kamu Dian Sastro atau Kang Emil, yang sekali pasang Live yang nonton langsung ribuan, manfaatkan kegunaan deskripsi pada judul Live karena akan membantu calon penontonmu untuk memutuskan mau nonton atau nggak. Kan ada di bagian atas tuh sebelum kita Live, semacam judul. Kasih judul yang "provokatif" biar banyak yang nongtong. Hahaha. Nggaklah, kalo saya mah kasih deskripsi singkat standard aja, supaya pada tau saya lagi Live apaan. Misalnya, "Demo Lettering Qur'an". Jadi yang minat bisa langsung tau, yang gak minat bisa langsung skip.

- Kalau mau simpen video Live, maka lakukan Live di FB. Kalau mau rame-ramean mending Live di IG, tapi risikonya video gak tersimpan. Langsung hilang tanpa bekas.

- Siapkan topik yang mau diomongin. Kalau kamu mau ngobrol sama followers, dandan dikitlah karena kan pake kamera depan. Oh iya, soal kamera depan ini, jangan nyinyir tidak berfaedah kalo lihat yang Live minum atau makan pake tangan kiri, atau salaman pake tangan kiri. Kemungkinan besar itu pake kamera selfie, kakaaak. Kebalik itu, kebaliik.

- Kalau Live-nya model demo/tutorial menggambar atau lettering kayak saya biasanya, disarankan pakai kamera belakang aja, ya. Emang jadi rada susah buat baca komentar yang masuk. Tapi kualitas gambarnya lebih bagus, sih. Kayanya. Hihihi.

- Live sambil nyetir, yay or nay? Nah, sempet panas nih kemaren, banyak yang komentarin Mbak Disas Live sambil nyetir di IG. Kok gak aman banget, sih! Buat apaan, sih? Segitu pentingnya, ya? Dan de el el de es be ge demikian. Kalo saya pribadi, yaa, kebetulan cuma sekali nyobain Live sambil nyetir mobil, karena mau ngecek koneksi stabil atau nggak kalau di jalan. Itu kan sebenernya sama aja lagi ngobrol waktu lagi nyetir. Selama kamera sudah aman terpasang di dashboard, tombol Live sudah dijalankan sebelum mulai nyetir, dan jangan sibuk baca komen orang pas nyetir. Insya Allah sih, aman. Tapi saya mah males Live lagi nyetir. Bukan apa-apa, muke gue gak enak bener kalo nyetir, tegang campur nyolot. Gak sedep dipandang. Hahaha.

Jadi, kamu pilih Live di FB apa di IG? Kalau ada yang mau nambahin, monggo lho. Terima kasiiih. :*




Orang Tua Anak Bilingual Sering Kena Cap Ini?

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Pa kabaaar? Cuti lama beud, mak? Keenakan ini mah saya. :') Mau ngasih alesan apa lagi deh, kalo ujung-ujungnya sebenernya emang kebawa males aja. Jadi buat yang belum ngalamin fase males ngeblog, kalo berasa rada bosen-bosen dikit, jangan diturutin kayak saya, yah. Begini akibatnya. 

Tapi sejujurnya, saya bukan cuma lagi nurutin males nulis aja, kok. *mulai defensif* Tahun 2017 ini anak-anak saya emang mulai banyak butuh perhatian extra. Fadhil, yang gede, misalnya. Dia udah masuk umur ABG sekarang. Lagi judes-judesnya sama emaknya. :( Ditanya sesuatu, jawabnya singkat-singkat aja. Giliran emaknya baper, dia ngeliatin saya aneh. Bhik. Jaman saya segede dia, boro-boro berani ngeliatin orang tua kayak gitu. Jadi sama dia ini saya lagi main layangan, tarik ulur, tarik ulur. Kalo terlalu diperhatiin kayak anak kecil, dia kesel. Kalau dicuekin, saya yang takut dia kebablasan. Butuh seni tersendiri ngadepinnya. Ngik.




Kalau sama Safina, tahun ini juga mulai banyak tantangannya. Mungkin beberapa yang suka ngikutin serial bilingual kids saya di sini udah tahu ya kalau Safina ini berjuang banget untuk menyesuaikan diri di sekolahnya karena masalah bahasa. Dia yang lebih senang berbahasa Inggris sehari-hari, ketika di sekolah semua pelajaran disampaikan dalam bahasa Indonesia, mau gak mau harus kerja lebih keras dibanding teman-temannya. Tapi seperti yang saya ceritakan di sini, itu challenge buat saya sebagai orang tua sebagai konsekuensi menyekolahkan anak bilingual ke sekolah negeri. 

Ngemengin soal anak bilingual lagi, apalagi di Bekasi, yang katanya Jakarta aja mesti lewat dua belas gate buat bisa masuk ke sini, orang suka aneh aja ngeliatin saya ngobrol bahasa Inggris sama Safina. Saya kenyang ditatap dengan penuh arti begitu. Seringnya suudzon, ni orang-orang ngecap saya sok bule kali, ya? *baperan* Etapi jujur, deh. Sering ngecap begitu gak, misalnya waktu denger Cinta Laura ngomong di tivi? Duile, ngomong sampe amburadul gitu kecampur-campur. Atau liat video artis sama anak-anaknya di Instagram, ibunya yang artis keukeuh ngomong bahasa Inggris, eh dijawab pake bahasa Indonesia, trus yang nonton langsung ketawa seneng campur ngenyek, "Hahaha! Sok bule, padahal anaknya nggak bisa ngomong Inggris." Mari kita tanyakan pada hati masing-masing, pernahkah kita begitu? Wkwkwkwk, penting.

Dulu sebelum punya anak dan memutuskan untuk membesarkan mereka secara bilingual, saya termasuk orang tukang nge-cap gitu. Setelah ngalamin sendiri, kapok. Ya kan emang udah gitu hukum alamnya, ditampol dulu, baru ngerti.-_- Ada beberapa cap yang pernah saya (mungkin kamu juga) pernah berikan ke mama-mama "sok ng-Inggris" ini. Karena sekarang saya menjadi bagian dari emak anak bilingual, sekalian saya coba jelaskan sedikit ada apa di balik itu semua. Hayah, ribet banget bahasa lo, mak.


Sok Bule

Sering diliatin di tempat umum kalau tiba-tiba anak jerit-jerit pakai bahasa Inggris? Sama! Beberapa kali saya nangkep pandangan mata orang berlanjut jadi jelalatan, kayak nyariin bapaknya. Mungkin berharap bapak anak saya orang asing, jadi gak perlu penjelasan lebih lanjut kenapa ni anak bermuka lokal tapi ngemeng londo. Hihihi.
Teman-teman, jaman sekarang udah banyaaaak keluarga murni pribumi yang mengaplikasikan pendidikan bilingual untuk anak-anak mereka. Seperti yang pernah saya ceritakan di sini, tujuan masing-masing keluarga berbeda-beda. Untuk saya pribadi misalnya, tujuan utamanya adalah untuk mempermudah anak-anak saya berkomunikasi dengan sepupu-sepupu mereka yang semuanya tinggal di luar negeri. Mungkin ada orang tua bilingual lain yang punya tujuan lebih besar, seperti ingin mempersiapkan anaknya sejak dini untuk bersekolah di negara tertentu. Ya bebas-bebas aja. Jadi, gak mesti bapak atau ibunya bule dulu atuh, kan?

Gak Nasionalis

Cih! Bahasa Inggris lancar, bahasa Indonesia belepotan. Gak cinta negeri sendiri kamoh!
Lalu Hayati nangis. Gak segampang itu menilai nasionalisme seseorang. Lancar tidaknya anak bilingual berbahasa asing (bukan bahasa ibu/asalnya) dipengaruhi oleh banyak hal. Yang paling besar mempengaruhi (ini pengalaman pribadi) adalah kecenderungan anak itu sendiri. Dua anak saya punya kecenderungan berbeda, Fadhil cenderung lebih nyaman berbahasa Indonesia, Safina sebaliknya. Apa Fadhil nasionalis, lalu Safina nggak? More of that, apa saya sebagai ibunya nggak nasionalis? Balik lagi ke point satu, kami punya goal, visi dan misi saat memutuskan untuk ber-bilingual di rumah.
Don't worry, kami masih pasang bendera merah putih tiap tanggal 17 Agustus, kok. Anak-anak hafal lagu kebangsaan, kok. Dan mereka sekolah di sekolah negeri, dan ini juga bukan karena menganggap yang sekolah di sekolah internasional gak nasionalis, ya. Murni masalah biaya ini, mah. Wkwkwkwk. Cetek amat sih, mak ukuran nasionalisme-nya? Ya sama dong ceteknya dengan mengukur nasionalisme keluarga kami dari bahasa sehari-hari yang kami pergunakan, di mana itu adalah hak kami sepenuhnya. Merdeka!


Kocak! Emaknya Sibuk Nginggris, Anaknya Jawab Pake Bahasa Indonesia

Hehehe. Ini asik banget jadi bahan ngenyek, ya. Semacam, "Ciaaan deh lo, susah-susah nampilin image kebule-bulean, tau-tau anaknya ngejawab pake bahasa Indonesia logat Betawi!" Terus ketawa setan, "MWAHAHAHA!"
Hush! Sini ya, saya kasih tau, setiap anak bilingual, sebelum dia memasuki fase cenderung memilih salah satu bahasa yang nyaman, akan melalui fase "suka-suka gue mau jawab pake bahasa apa". Hahaha, gak ilmiah banget, mak. Ya tapi emang gitu, sik. Anak yang dikenalkan ke lingkungan bilingual sejak bayi, berarti kan mendengar dua bahasa. Jadi wajar banget dia mau pakai bahasa yang mana, karena buat mereka, intinya adalah komunikasi, maksud tersampaikan.
Waktu anak-anak saya masih balita, sering banget kok kejadian kayak gini, dan emang sering ketangkep senyum sinis orang-orang yang gak sengaja denger.
"Safina, finish you meal!" Terus Safina jawab, "Gak mau! Nana mau maen!" Atau, "Fadhil, put on your shoes now." Dijawab, "Bentar dulu napa, Ma?" Napa? Napa? Et, dah! Hahaha, ya maklum pan, bapaknye orang Betawi aslik, kita tinggal di Bekasi, ya kali anak-anak saya gak nyerap sedikit pun logat Betawi. Mau emaknya casciscus setiap hari, kan bapaknya berbahasa Indonesia. There's a reason why it's called BILINGUAL. :D 

So, apa punlah, ini bukan buat menampilkan image tertentu atau supaya dilihat orang lain seperti apa. Ini murni soal pilihan masing-masing orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Gak usah ngenyek-ngenyekan. Motherhood udah berat banget sama perang ASI-susu formula, working mom-stay home mom, lahiran normal-cesar. Gak usahlah ditambah sama yang ini. Hihihihi.

Anyway, kalau ada teman-teman sesama penggiat bilingual di rumahnya, boleh dong share pengalamannya. Atau kalau ada yang mau tanya-tanya lebih jauh pengalaman saya mendidik anak bilingual selama 13 tahun terakhir ini, monggo. :* 

Sebagai penutup, ini ada "mini essay" yang ditulis Safina kemarin, judulnya Sharing. Yang bikin saya bangga bukan karena dia menuliskannya dalam bahasa Inggris, tapi isi dari tulisannya. Have a nice day. :*

SHARING
by Safina (8 years old)

"Did you know that sharing is caring? Sharing and caring to poor people is very nice of people and share everytime  makes you a good person. Being a good person makes you go to heaven. Share anything that's useful for poor people like a toy house or a chess or even better, a(n) oven for cooking, right?"

Kenapa Perlu Ada Artwork di Rumah atau Kantor?

$
0
0
Assalamu'alaikum.

Siapa yang lagi renovasi rumah atau mau re-decorate isi rumah? Mari merapat. Emak Gaoel mau cerita waktu kemarin saya bikin mini studio di pojokan rumah, buat kerja. Sebenernya udah beberapa bulan yang lalu saya ngerombak ruang di pojok rumah karena pengen banget punya studio/ruang kerja buat bikin pesenan lettering art. Kerjaan seni itu butuh ruang dan suasana yang mendukung mood dan menimbulkan inspirasi dan ide, betul? Jadi ada alesan dong saya ngacak-ngacak rumah. Suami saya mah pasrah. :D

Mulai eneg lihat ruang kerja amburadul. Saatnya dekor ulang!

Jadilah cat ulang tembok, gambar-gambar ala kadarnya di dinding, modal nyontek image di internet. Tapi apalah saya ini, seniman nanggung. Menggambar gak jago, moto-moto apalagi. Cuma bisa sok tau dan sok bisa aja. Jadi, hasilnya ya alhamdulillaah, untuk ukuran saya sih OK. Cuma lama-lama, dipandang-pandang, kok bukannya memotivasi, malah bikin nyureng sendiri. Gambar gue kok makin dipandang, makin bikin laper tiap menit, ya? Kayanya ruang kerja saya butuh sentuhan lain. Sentuhan yang bisa mendorong daya kreatif saya lebih keluar. Supaya hasil lettering art juga nggak gitu-gitu aja. 

Ya Allah, tolong aku beresin ini, ya Allah. -_-

Setuju kan, kalau inspirasi itu harus dicari. Berhubung saya memang suka dengan karya seni, terutama yang bisa jadi pajangan rumah, jadi pengen banget punya artworks dari seniman beneran (((BENERAN)) di rumah. Buat dipandang-pandang, dinikmati, dijadikan inspirasi dan motivasi untuk berkarya di rumah. Tsah. Seniman beneran tuh kayak gimana, seh? Ya, semacam yang karya seninya itu sudah diakui dan melalui kurasi. Kalau yang klasik-klasik itu ya seperti lukisan-lukisan pelukis terkenal yang suka ada di galeri atau museum. Ya kali, itu tapi kan gak dijual. Besides, artworks, terutama yang home decor, jaman sekarang gak cuma sebatas lukisan tangan aja, khaan. Ada foto-foto artistik, ada lukisan-lukisan digital, dan semuanya cakep-cakep.

Jadi selain buat sumber inspirasi, keberadaan artwork di rumah buat saya penting. Salah satunya, karena saya consider diri saya juga seorang artist, sebagai motivasi diri untuk bisa menghasilkan karya yang berkualitas. Berharapnya, saya dan anak-anak bisa terpacu jadi manusia lebih kreatif lagi. Lalu  motivasi juga untuk selalu ingat menjaga kerapihan rumah. Hihihi. Lah coba, kalau di tembok udah menggantung artworks harga hampir sejuta, apa iya tega biarin rumah berantakan, cyin? Jahit, ih! Untuk ruang publik dan perkantoran pun perlu juga kan ada artworks, seperti ruang tunggu rumah sakit atau lobi kantor. Buat apa? Buat dipandang-pandang, biar mata gak bosen dan nunggu juga jadi gak bete. Bu, ada penelitiannya ternyata, art atau seni bisa untuk terapi kesembuhan beberapa penyakit akut seperti parkinson dan leukemia. Either kita sebagai penikmat (hanya melihat-lihat saja) atau pelaku (membuat karya seni), keduanya mendapat keuntungan teurapetik dari artworks. Amazing? Amazing banget!

Makin bulatlah tekad saya untuk mengisi rumah dengan beberapa karya seni yang berkualitas. "Kan gampang, mak, tinggal cari image di internet, print aja!" Jiah, kalo kayak gitu mah bukan artworks dan sorry dorry morry, saya juga kurang suka karena rasanya kok kayak gak punya apresiasi sama artist-nya gitu, ya? Sebagai artist pemula (ngaku-ngaku), saya juga harus tahu bagaimana mengapresiasi sebuah karya seni. Kalau bisa punya karya artist, kalau bisa yang saya tahu dan bisa mengenal dulu sosok dan karya-karyanya. Lalu bisa dilihat-lihat dan dipilih-pilih melalui foto-foto hasil karyanya, kan enak.

Ketemu SPASIUM! Happy!

Yang enak begitu, ternyata udah ada di Indonesia. Saya ketemu waktu lagi ulik-ulik cari artworks yang cocok buat ruang kerja saya. Di sana bisa pilih artworks buat dekorasi rumah atau tempat bisnis, hasil karya artist yang sudah disertifikasi, dan harga bisa disesuaikan dengan budget. Mau yang complete tinggal digantung aja, atau mau print only, bisa pilih. Mau seni fotografi, seni lukis atau seni gambar digital, tinggal pilih. Mana website-nya simple dan nyeni (yaeyyalah!) pula. Hati-hati betah, tahu-tahu keranjang belanjaan udah penuh, ya. Hahaha. Soalnya saya hampir khilaf waktu lagi browsing-browsing. Niatnya cuma mau beli satu, akhirnya gak sengaja kepencet beli dua, deh. Lagian belanja online ini, gak ribet mesti keluar rumah.

Nama tempat belanja artworks berkualitas ini SPASIUM. Banyak hal yang saya suka dari website SPAIUM ini. Mulai dari tampilannya yang neat, rapi dan klimis. Jadi gampang buat kepo maksimal. Saya suka pusing soalnya kalau lihat tampilan website (apalagi web jualan, ya) yang riweuh, kebanyakan warna dan feature. Lagian, namanya juga website yang menjual karya seni, ya, harus tampil nyeni dan fungsional, dong ya.

Jatuh cinta pada pandangan pertama sama artworks yang ini ^_^

Setelah menelusuri satu per satu menu yang ada di SPASIUM, saya makin betah. Pilihan-pilihan yang diberikan sangat memudahkan. "Mak, aku tuh gak paham seni. Pokoknya cuma suka aja kalau lihat lukisan atau gambar atau foto bagus. Bingung ah kalau disuruh pilih sendiri!" Nah, ini. Kok sama? Hahaha. Don't worry, bebeb. Emang situ kira saya senyeni apa sih? Cuci tangan aja masih pake sabun cuci piring, kok! *hubungannya?* Maksud saya, di SPASIUM, kalau kamu lihat satu-satu, karya seninya modern. Mostly, mencakup selera pasar kekinian pada umumnya. Saya punya firasat (kecurigaan) ini cocok banget buat profesional muda dan keluarga muda yang sedang hot-hotnya semangat-semangatnya mengisi rumah. Saya termasuk, dong! Kan aku masih sok muda. Seriously, jenis artworks yang ada di SPASIUM beragam banget, kok. Kamu sukanya apa? Lukisan, gambar grafis, ilustrasi, fotografi, gambar atau artworks dengan media campuran alias mixed media artworks? Ada semua di SPASIUM.


Beberapa artist yang mengisi galeri SPASIUM, kenalan langsung aja sama karya-karyanya di sana. ;)

Kalau mau cari karya seni yang spesifik, juga gampang banget di SPASIUM. Karena udah disediain kategori SUBJECT yang kita sukai. Kebetulan nih, saya lebih suka dengan artworks yang bertema natural dan architecture. Di SPASIUM, subject terbagi menjadi: Abstract and Patterns, Animals, Cities and Architecture, Conceptual, Culture, Futuristic, Human and Activities, Natur and Scenic. Monggo dipelototin satu per satu. Satu artworks yang langsung bikin saya jatuh cinta adalah ini. Dan langsung kepo sama artist-nya.  



Next, artworks yang ada di SPASIUM adalah hasil karya seniman INDONESIA! PENTING! Jangan suka ribet mikirin nasionalisme. Bukan cuma harus turun ikut demo ke jalan kamu bisa jadi nasionalis. Mendukung pekerja seni negara sendiri juga berarti kita udah ikut menjaga sumber daya manusia seni Indonesia. Merdeka! Emang siapa aja artist-nya? Btw, kamu jangan minta digetok ya, ngirain artist itu pemain sinetron. -_- Silakan kenali para artist terpilih di SPASIUM. Di sana ada sedikit latar belakang tentang mereka dan karya-karya seni yang dijual di SPASIUM.

Banyak banget artist di SPASIUM ternyataaaa! 

Kamu mah jangan jiper duluan ya belanja karya seni, langsung mikirnya pasti mahal. First of all, mind set harus di-reset ulang. Karya seni yang berkualitas itu bukan yang diproduksi pabrikan, kalau bisa hanya ada satu-satunya di dunia. Setuju? Kalau pun bisa di-repro, hanya dalam jumlah terbatas dan atas ijin sang artist. Kemudian, pahami, kualitas harus diiringi denggan media yang baik dan tahan lama. Karena pada akhirnya, sebuah karya seni atau artworks bukan cuma terbatas dari media dan tampilan fisiknya saja, di dalamnya terkandung hasil pemikiran orang-orang kreatif dan artworks adalah buah kreasi dari hasil pemikiran itu. Kalau saya sih percaya banget, sebuah karya seni itu punya jodohnya masing-masing. Memang nggak semua orang mau mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli karya seni, tapi semua orang butuh memberi ruang pada rasa melalui karya seni. SPASIUM ini menjawab kebutuhan itu, termasuk dalam soal harga. Kamu bisa banget kok beli karya seni dalam budget. Karena ada artworks yang dijual dalam bentuk print only. Ini yang saya pesan. Tadinya mau beli satu, khilaf jadi dua. Hahaha. Harganya masih terjangkau soalnya, hanya berkisar Rp 450.000 - Rp 500.000 untuk print only.

Yang print only harganya cuma segini, lho! Wow!

Proses pembelian juga amat sangat nggak ribet! Tau sendiri kan saya suka gaptek sama yang ribet-ribet. Belanja di SPASIUM ternyata saya bisa sendiri, tuh. Hihihihi. Pilih-pilih, masukin keranjang, proses pembayaran dan masukin alamat. Tinggal tunggu dalam waktu kurang lebih 10 hari, artworks sudah sampai rumah.



Tiga langkah mudah belanja artworks di SPASIUM


Begitu artworks yang saya pilih sampai di rumah, saya makin terkesan karena kertas foto yang dipakai sangat bagus, kemudian dilapisi cardboard tebal. Saya tinggal menambahkan frame saja, lalu gantung di studio kerja saya. Yang bikin bangga, di bagian belakang ada certificate of authenticity. Dengan begitu saya tahu kalau saya sudah membeli artworks yang basli dari sang artist dan berkualitas karena sudah melewati kurasi dari SPASIUM. Jadi, kamu kapan mau isi rumah/kantormu dengan artworks? 


Akhirnya studio saya selesai! Seneng banget bisa menggantungkan dua buah artworks berkualitas di sana. Gimana? Gimana? Hihihi.





I Can't Smile Without You, Guys!

$
0
0
Assalamu'alaikum.

"Families are like branches on a tree. We grow in different directions, yet our roots remain as one."

Seperti hampir kebanyakan keluarga di Indonesia, khususnya yang berasal dari tanah Sumatera, keluarga adalah penopang hidup terpenting setelah agama. Begitu juga di keluarga besar saya. Sejak kecil, saya dan keempat saudara kandung terbiasa hidup dikelilingi keluarga besar. Padahal keluarga inti saja udah rame, ya. Tapi begitulah kami dibesarkan.

My big family

Ibu saya adalah anak perempuan tertua, dan layaknya dalam keluarga berdarah Minang, beliaulah dahan utama tempat bergantung dahan-dahan kecil lainnya. Apalagi almarhum kakek saya sudah berpulang sejak Ibu saya masih baru menikah. Tanggung jawab membesarkan adik-adiknya kala itu turun ke tangan Ibu/Mama saya. 

My parents, siblings, in laws, niece, nephew :)

Saya terbiasa sekali tinggal dengan banyak saudara; om, tante, sepupu, bahkan tetangga di kampung pun sering menetap bersama kami dalam waktu lama. Buat kami, saya dan kakak adik, hal itu menjadi sangat biasa karena sejak kami lahir, rumah sudah banyak penghuninya. Sehingga ketika kami dewasa, aneh sekali rasanya jika rumah sepi tidak ada orang. 

My sister, my son and my cousin 

Bertahun kemudian, saya dan keempat saudara kandung satu per satu mulai berkeluarga. Qadarullaah, kami menetap saling berjauhan. Saya dan orang tua di Indonesia bersama adik bungsu, abang sulung saya menetap di Malaysia bersama keluarganya, adik perempuan saya hijrah ke Singapura setelah menikah dan adik lelaki saya beserta keluarga kecilnya mencari hidup di Amerika. 

My daughter and niece 

Terbiasanya kami berkumpul ketika kecil, juga sering diiringi dengan fase datang dan pergi yang silih-berganti. Sehingga untuk saling berjauhan pun tidak ada masalah bagi kami. Hanya sekarang, sejak Mama dan Papa mulai sepuh, mereka sering mengeluh kesepian. Ingin anak-anaknya lebih sering berkumpul.

My New Yorker nephew :D

Tapi mau bagaimana? Jarak kami bukan hanya terpisah propinsi, melainkan negara. Ada waktu dan biaya yang harus selalu dipersiapkan untuk bisa saling berjumpa secara langsung. Pertemuan di telepon, video call dan grup chat sekarang ini alhamdulillaah banyak mengobati rindu kami satu dengan yang lain. Tapi pasti beda rasanya jika bisa bertemu.

My sister and sister in law

Kadang, di Hari Raya, hanya ada saya dan adik bungsu di rumah mereka. Saat libur sekolah, adik perempuan saya bisa datang dari Singapura membawa anak-anaknya, tapi abang saya di Malaysia terkendala pekerjaan. Belum lagi adik laki-laki yang jauh di Amerika sana. Mustahil dia bisa sering-sering pulang ke Indonesia. Tidak terasa, ternyata hampir lima tahun kami tidak berkumpul lengkap sekeluarga. Sedangkan Mama dan Papa makin tua. Makin besar keinginan kami untuk bisa sama-sama ada di rumah walau hanya sebentar. Demi Mama dan Papa, juga demi kenangan masa kecil kami yang selalu ramai. 

Kurang satu, nih!

Dua minggu yang lalu, doa kami dijawab Tuhan lewat acara pernikahan adik sepupu saya. Setelah sibuk atur sana sini, ternyata semua bisa pulang ke Indonesia untuk menghadiri pernikahannya. Begitu saya tahu abang dan adik-adik saya bisa datang, senyum lebar saya terkembang. Terbayang dulu ketika kami masih bocah, tidur sekamar karena rumah kecil dan harus menampung saudara-saudara yang lain. Betapa tidak pernah sedikit pun keluhan keluar, karena dulu kami begitu asik bermain dan mengganggap rumah sepenuh itu adalah hal yang biasa saja. Padahal kalau diingat-ingat sekarang, saya sering geleng-geleng tidak percaya karena teringat di satu bulan Ramadhan, kami berbuka puasa bersama, satu rumah penuh oleh penghuninya. Total ada 13 atau 15 orang waktu itu, dan semua tinggal di rumah kami.

Can't smile without all of you 

Akhirnya kami berkumpul lagi minggu lalu, kali ini dengan extra member; cucu-cucu orang tua kami, walaupun tidak semuanya bisa ikut serta. Setidaknya kami lima bersaudara dapat kumpul lagi walau sebentar. Momen langka ini tidak kami sia-siakan, tentu saja. Berfoto sudah pasti wajib. Makan bersama walau sederhana juga, dong. Pokoknya, happy bikin senyum nggak lepas-lepas dari bibir. 

Melepas kepulangan adik ke New York :'( 

Lalu, satu malam, abang saya mampir ke rumah. Saat itu adik perempuan saya sudah bertolak kembali ke Singapura karena anaknya harus masuk sekolah. Saya ajak abang saya untuk makan di luar. Hyaelah, dia lagi sariawan, dong. Hare gene, nolak makan bareng gara-gara sariawan, kok ya ngenes, ya? Hihihi. Hampir ketawa lihat mukanya kusut menahan perih sariawan. Tapi kasihan. Untung di rumah sedia Aloclair Plus Gel.

My big brother, senyum sih tapi nahan perih sariawan, tuh! :')

Waktu saya sodorin, abang saya meringis. "Gak perih, kalee!" kata saya. Hellowh, punya anak kecil di rumah, obat sariawan yang tersedia harus yang tidak perih, biar nggak trauma. Kasihan kan, udah perih nahan sakit, tambah perih gara-gara obat. Heuheuheu. Obat sariawan Aloclair Plus Gel ini nyaman dan tidak perih. Yang paling penting, cara kerjanya cepat. Begitu dioles ke sariawan, langsung membentuk selaput pelindung. Waktu saya tanya rasanya gimana, abang saya bilang, "Gak ada rasa apa-apa, sih. Cuma ada sedikit aroma wangi, gitu." Iyes, soalnya Aloclair Plus Gel ini kan mengandung aloe vera (aromanya enak, walaupun tidak berbau sama sekali) dan alcohol free. Bentuk kemasannya yang berupa tube kecil dengan ujung aplikator meruncing juga jadi memudahkan pemakaian. Dipakainya cukup sedikit aja.

I can't smile without you :*

Jangan sampai kebahagiaan terenggut gara-gara sariawan, ya. Hahaha. Udahlah jarang-jarang bisa ketemuan, mau bercanda dan ketawa-ketawa juga jadi susah kalau udah kena sariawan, kan?

Five of us, finally! 

Bottomline, minggu ini saya bahagia, bisa bertemu dengan saudara-saudara kandung saya. Bersyukur sekali karena Mama dan Papa juga dalam keadaan sehat. Karena untuk saya, mereka adalah salah satu alasan saya bisa tersenyum setiap hari. I can't smile without you, guys! Because we grow in different directions now, but our roots remain one.

Periksakan Kesehatan Mata Secara Lengkap

$
0
0
Assalamu'alaikum. 

Gimana puasanya? Nggak terasa ya, udah setengah bulan Ramadan. Kalau lagi puasa gini, biasa banget deh jadi 'mager' alias males gerak. Nggak mau keluar rumah, dalem kamaar terus sampe buka. Hihihi. Untung banget, sebelum puasa kemarin saya masih sempat bawa anak-anak dan suami periksa kesehatan mata ke VIO Optical Clinic. Dan untungnya, lokasinya juga dekat dari rumah, masih di area Bekasi. Tepatnya di Perumahan Kota Harapan Indah, Ruko Asia Tropis AT 16, no. 51



Tapi kalau mau ngomongin soal untung yang benerannya sih, ini dia, nih. UNTUNG periksa matanya ke VIO Optical Clinic. Cek kesehatan mata lengkap banget, serasa di rumah sakit khusus mata. Bahkan ada pemeriksaan khusus untuk anak-anak, namanya pediatric refraction. 


Begitu sampai ke VIO Optical Clinic, kami disambut oleh staff yang ramah dan helpful banget. Ditanya keperluannya apa. Nah, biasanya nih, saya juga suka bingung kalau ditanya mau periksa apa kalau ke dokter. Hihihi. Staff VIO membantu banget menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan yang bisa mereka lakukan untuk calon pasien, supaya nantinya bisa dapat treatment dan alat yang sesuai. 


Berhubung saya memang pemakai kacamata minus sejak lama, di penerima tamu kacamata saya diminta untuk diperiksa ukuran dan dibersihkan. Wkwkwkwk. Penting ini. Secara saya suka asalan banget bersihin kacamata. Eh, belum ketemu dokter aja, saya udah dapat konsultasi gratis soal cara membersihkan kacamata yang benar. Jangan suka lap lensa pake kerudung ya, buibuuu! #tutupmuka Soalnya lensa kacamata itu sensitif guratan, jadi kain yang dipakai untuk ngelap lensa juga harus lembut. Makanya kalo beli kacamata kan suka dikasih sama lap-nya, tuh. Pake itu. Bandel. 


Begitu selesai mengisi data, kami digiring (((DIGIRING))), diajak ke dalam ruang periksa yang terdapat beberapa alat pemeriksaan. Jujur aja, bertahun-tahun periksa mata, belum pernah lihat alat periksa mata selengkap itu dalam satu ruang, kecuali di rumah sakit khusus mata. Dr. Andri Agus dan staffnya menyambut kami. Langsung digilir deh semua alat pemeriksaan mata itu satu per satu. 


Pemeriksaan mata yang kami dapatkan, yaitu: 

-Pemeriksaan kelainan refraksi - pengecekan mata minus/plus dan cylinder 
-Pemeriksaan tekanan bola mata - mengukur tinggi tekanan bola mata, untuk pemeriksaan penyakit glaucoma 
-Pemeriksaan cataract - untuk mengetahui kondisi lensa mata apakah terjadi kekeruhan atau masih jernih 
-Pemeriksaan retina untuk mendeteksi kelainan saraf mata yang dapat mengakibatkan kebutaan 
-Pemeriksaan buta warna 
-Pemeriksaan penglihatan binocular (lazy eyes/mata malas) 
-Pemeriksaan mata kering (dry eyes syndrome)


Saya kan kepo-an ya orangnya. Tiap alat saya tanya namanya apa, biar rada pinteran dikit. Alhamdulillaah, Dr. Andri baik dan sabar banget menjelaskan satu per satu sepanjang pemeriksaan. Ini nama-nama alat yang dipakai untuk pemeriksaan mata di VIO Optical Clinic:

1. autorefractormeter : untuk mengukur minus/plus/cylinder

2. non contact tonometer : pemeriksaan tekanan bola mata

3. slitlamp : untuk memeriksa penyakit/kelainan pada mata yang tidak bisa dilihat dengan mata , ada yang mengartikan sama dengan mikroskop mata. 

4. corneal topography : mapping bentuk kornea

5. retinoskopi : cek kelainan refraksi

6. oftalmoskop : memeriksa bagian dalam mata , melihat keadaan retina

7. buku ishihara : tes buta warna


Yang bikin saya makin takjub, Dr. Andri bisa tahu lho saya melalui proses melahirkan normal dari melihat pembuluh darah di mata. Beliau menjelaskan akan ada perbedaan jelas di pembuluh darah mata ibu yang melalui proses melahirkan normal. Selain itu, Dr. Andri juga nunjukin foto macro pinggiran mata saya yang sering terekspose kosmetik (eye liner dan eye shadow). Ternyata, bisa jadi calon infeksi kalau bersihinnya gak bener, mak! Saya udah tahu sih ini dari lama, cuma pas lihat fotonya di komputer, ya rada ngeri juga. Ternyata eyeliner itu masih ada yang tersisa walaupun saya pikir udah bener bersihinnya. #kucek2mata 


Fadhil dan Safina juga mendapatkan pemeriksaan yang sama, plus nasihat dari Dr. Andri: JANGAN KEBANYAKAN MAEN GADGET! Hihihihi. Karena walaupun sekarang mungkin masih gapapa, dalam waktu dekat akan ada efeknya pada kesehatan mata. Mama seneng, yang ngomelin dokter, soalnya kalo mamanya yang ngingetin, boro-boro didenger. Pppffttt. 


Selesai periksa, result langsung keluar, dan ternyata ukuran minus untuk mata kanan saya bertambah. Lagi-lagi Dr. Andri langsung tahu kalau saya suka membaca sambil tiduran miring ke kanan. Nnnggg, dok, dokter bukan cenayang, kan? 


Saya langsung berbinar-binar milih frame kacamata di display rack cantiknya VIO. By the way, frame di VIO gak ada frame kw-kw, lhoo. Semua ori atau homemade. Dan lensanya juga memakai lensa berkualitas, Essilor. Yang pakai kacamata sejak lama, kenal pasti sama nama ini. 


KABAR GEMBIRA! :D

Nih, khusus buat followers social media Emak Gaoel ada promo menariik! 

1.Discount 20% untuk pembelian kacamata premium. (Mendapat pemeriksaan mata standard, gratis).

2.Paket Kacamata non premium + lensa seharga Rp 288.000. (Mendapat pemeriksaan mata standard, gratis).

3.Medical eye check up lengkap (seperti yang saya ceritakan di atas) hanya seharga Rp 99.000 dari harga normal Rp 480.000.

Syaratnya gampaang banget! Cukup follow akun social media VIO di Instagram dan fanpage. Dan akun social media Emak Gaoel juga di Instagram dan fanpage

Tunjukkan di counter depan saat pendaftaran. Telepon untuk appointment dulu H-1, ya ke (021) 29475974.

Promo berlaku hingga 12 Juli 2017!

Jadii, mumpung libur lebaran. Sempatkan periksa kesehatan mata keluarga ke VIO Optical Clinic, ya. Banyak banget yang ngeluh kalau ukuran kacamatanya kayanya  gak sesuai sehingga bikin pusing. Kalau periksanya lengkap kayak di VIO Optical Clinic, insya Allah yakin sama hasilnya. Bisa bawa orang tua untuk memeriksakan kemungkinan katarak atau glukoma. Kalau terdeteksi sejak awal, akan lebih baik, bukan? Satu lagi saran dari Dr. Andri, periksakan kesehatan mata keluarga minimal sekali setahun, ada atau tidak ada keluhan. Terima kasih, Dokter Andri dan VIO Optical Clinic. 


Inspirasi Momen Kebersamaan Keluarga di Ramadan Together

$
0
0
Assalamu'alaikum.
 
 
Bulan Ramadan selalu jadi bulan istimewa bagi umat Muslim. Terutama untuk anak-anak ya, mam. Masih inget banget dulu waktu kecil ramai-ramai berangkat taraweh ke masjid bersama teman-teman. Bantuin Mama mempersiapkan tajil buat berbuka. Kalau sudah menjelang lebaran begini, biasanya dapur nggak pernah tidur karena mulai nyicil bikin kue-kue kering. Senangnya.
 

 
Kalau waktu masih kecil memang yang diingat dari Ramadan justru kegiatan-kegiatan lain yang bikin lupa lagi puasa, kan ya. Soalnya, tahu sendiri anak-anak, kapan ingat lagi puasa, langsung deh merengek minta buka. Ngaku! Hihihi. Eh, kejadian juga sekarang setelah punya anak. Jadi ibu itu harus kreatif bikin segala rupa kegiatan yang bisa membuat anak-anak nggak ingat kalau lagi puasa. Dan yang lebih penting lagi, tidak mengurangi nilai ibadah, plus bonusnya membuat ibu dan anak makin dekat hubungannya. Wih, komplit!
 
Sama persis dengan tujuannya Lotte Choco Pie di bulan Ramadan tahun ini dengan kegiatan "Ramadan, together". Alhamdulillaah, saya bisa jadi salah satu bagian acara bagus ini bersama Safina minggu lalu. Tema kegiatan "Ramadan, together" ini adalah "Together, more" dengan tujuan agar ibu bisa lebih memaknai momen kebersamaan dengan anak secara lebih berkualitas.
 
 
Sepanjang bulan Ramadan, umumnya, praktis ibu lebih banyak memiliki waktu bersama anak-anak, kan. Saya pun demikian, karena Papanya masih harus masuk bekerja seperti biasa. Tidak bulan Ramadan pun demikian. Berhubung ini bulan khusus dalam Islam, tentunya saya sebagai ibu ingin sekali memaknai Ramadan sebagai momen istimewa bersama anak-anak. Entah itu lewat kegiatan bermain dan juga belajar pengetahuan agama dan ibadah.
 
So, di acara "Ramadan, together" Lotte Choco Pie kemarin, lengkap semua diberikan kepada pengunjung acara. Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan rutin yang diadakan oleh Lotte Choco Pie selama bulan Ramadan, setiap weekend, berkeliling ke beberapa masjid di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Diawali pada tanggal 3 - 4 Juni 2017 di Masjid Raya Cinere, kemudian bergerak ke wilayah Bekasi, tepatnya di Masjid Baitussalam, Billy & Moon, Kalimalang pada tanggal 10 - 11 Juni 2017, sampai terakhir nanti di Masjid Al Ikhlas BSD pada tanggal 17 - 18 Juni 2017.
 
 
Kenapa sih Lotte Choco Pie mau repot-repot bikin acara seperti ini di bulan Ramadan? Menurut Ibu Oci C. Maharani, Brand Manager Lotte Indonesia, Lotte Choco Pie memiliki komitmen untuk selalu mempererat keluarga Indonesia sehingga mereka pun berusaha untuk memberikan inspirasi untuk para ibu dalam menciptakan momen kebersamaan yang lebih bermakna di bulan Ramadan, di tengah kesibukan sehari-hari. Keren, ya? Nggak salah kalau Lotte Choco Pie selalu jadi cemilan favorit keluarga Indonesia. Btw, Safina doyan banget, lho! Kalau deskripsinya tentang Lotte Choco Pie itu, "Sweet, chewy inside and I always want more, until you say 'stop', Mom." Hahaha.
 
Jadi kemarin di Masjid Baitussalam Billy & Moon kita ngapain aja? Banyaaak! Kebetulan saya bawa Safina dan sepupunya, Fikri, karena mereka seumur. Safina dan Fikri dapat kesempatan untuk ikut Kids Pastry Class, dibimbing oleh Chef Nanda yang sudah berpengalaman. Wuih, anak-anak seneng banget dapat kesempatan megang-megang fondan, rolling pin dan berbagai perkakas pastry lainnya. Benar-benar pengalaman baru. Mereka diajarkan basic trick menghias dengan fondan di atas Lotte Choco Pie. Hasil akhirnya keren-keren dan lucu-lucu. Warna-warni dan yang pasti manis semua, kayak anak-anak yang ikutan Kids Pastry Class sore itu. Seriously, dari yang usia balita sampai 10 tahun, semua anteng ikut pastry class oleh Chef Nanda itu. Padahal suasana di luar masih agak panas sore itu. Barakallaah ya anak-anak, masih pada bertahan puasa, sebagian. ^^ Oh iya, hasil kreasi fondan Safina terpilih jadi salah satu dari tiga terbaik lho oleh Chef Nanda. Ih, anaknya bungah!
 


 
Gak mau kalah sama anak-anaknya, ibu-ibu juga diberi kesempatan untuk unjuk daster gigi lewat Lotte Choco Pie Creative Competition. Namanya juga tema acaranya kebersamaan, ya. jadi lombanya juga pasangan, ibu dan anak. Saya bagian nonton aja sebentar, karena Safina dan Fikri udah ngajakin siap-siap nonton puppet show yang akan dibawakan Kak Muiz di area dalam masjid. Yang ikut lomba, bonding sama anak-anaknya, saya juga bonding lho di dalam sama anak saya.
 

 
Ternyata di dalam masjid sudah banyak berkumpul anak-anak lain yang ternyata adalah anak yatim yang akan disantuni oleh Lotte Choco pie. Nggak lama Kak Muiz muncul dengan bonekanya yang bisa bicara, namanya Moti. Nah, udah deh, seru. Kak Muiz dan Moti pinter banget bikin anak-anak ketawa-ketawa sampai lupa lagi puasa. Apalagi setelah itu Ustad Wildan ikut gabung dengan Kak Muiz dan Moti. Jadi deh, tausiyah interaktif. Kan keren banget! Ustad Wildan mengajarkan tentang pentingnya sahur dan berbuka. Jangan sampai ditinggalkan. Apalagi, waktu sahur dan berbuka itu adalah waktu-waktu di mana doa kita dikabulkan oleh Allah.
 
Setelah mendengar tausiyah dari Ustad Wildan, acara ditutup dengan pemberian santunan dari Lotte Choco Pie untuk anak-anak yatim yang sore itu juga berbaur bersama peserta kegiatan "Ramadan, together" di Masjid Baitussalam.
 
 
Pokoknya Sabtu kemarin ibu sama anak sama-sama puas, sama-sama happy, dan yang penting Ramadan jadi terasa lebih berkesan karena dijalani dengan melakukan aktifitas bersama. Sampai pulang, nggak berhenti Safina dan Fikri ngobrolin soal acara "Ramadan, together" Lotte Choco Pie tadi. Masih bisa ikut, ya Sabtu dan Minggu nanti (17 - 18 Juni 2017) di Masjid Al Ikhlas BSD. Tinggal datang aja, kok. Gratis, menghibur dan bermanfaat. Syukur-syukur bisa pulang bawa hadiah segambreng. Bisa menang lomba menghias Lotte Choco Pie, atau dari permainan puzzle di booth. Mau foto-foto cantik sama anak juga bisa di foto booth yang disediakan.
 
Yah, nggak tinggal di Jakarta, tapi pengen ikut keriaan "Ramadan, together" Lotte Choco Pie juga! Bisa, dong! Ikut lomba foto share momen Ramadan dengan si kecil, mam. Bisa menang perjalanan ke Bali untuk sekeluarga, Together Moment dengan Carissa Putri dan masih banyak lagi. Informasi lebih lengkapnya bisa dilihat di sini, ya.
 
 
Terima kasih, Lotte Choco Pie, sudah memberikan banyak inspirasi bagi saya untuk bisa menciptakan momen "Together, more" yang lebih bermakna bersama anak-anak. Tahun depan ada lagi, ya. :*
 

Viewing all 152 articles
Browse latest View live