Assalamu'alaikum.
Buat teman-teman yang temenan sama saya di Facebook mungkin sering banget baca status percakapan saya dengan Safina sejak beberapa tahun yang lalu. Waktu punya anak perempuan, saya nggak nyangka sama sekali bakal dikasih bocah yang kritis dan "ajaib" banget cara mikirnya kayak si Nana ini. Cara berpikirnya yang "out of the box" udah keliatan dari sejak dia mulai bisa bicara umur 2,5 tahun. Kadang heran, dapet turunan dari mana sih, emaknya kalem dan anggun begini, kok anak ceweknya malah begini? *duduk anggun di singgasana ratu*
Yang bikin gemes banget itu, Nana kalau sama orang lain pencitraan banget kalemnya. Pemaluuu banget! Cuma sama saya aja di rumah (dan kadang sama Abang dan Papanya) dia berani ngomong dan mengungkapkan pendapatnya dengan lantang. Nggak jarang, dia ekspresif banget kalau lagi emosi. Tapi ya itu, di rumah doang. Makanya saya mulai bikinin home video di Youtube. Tujuannya, selain supaya dia bisa latihan pede ngomong, juga sebagai barbuk kalo saya nggak ngada-ngada di status. Wakakakak, penting! Percakapan yang saya rekam di status semuanya fresh dan langsung saya posting setelah terjadi. Kadang bikin kaget, tapi seringnya mah bikin saya manyun mingkem sambil ngemut pete rebus. -_-
Mulai bulan ini saya coba kumpulin sedikit-sedikit percakapan antara saya dan Safina selama tahun 2015 kemarin, ya. Siapa tau, ada pakar anak yang bisa bantu saya, gimana biar gak kalah mulu ngemeng sama bocah. Kredibillitas saya sebagai Emak Gaoel sungguh dipertaruhkan inih! Hadah ....
Januari 2015
Kita awali waktu malam tahun baru 2015 yang lalu, Fadhil sama Safina menjelang tidur, kedengeran mereka ngobrol. Biasanya kalau mereka ngobrol, saya belagak cuek, padahal kuping berdiri, pengen tau apaan yang diomongin. Waktu itu Fadhil masih umur 11 tahun dan Safina 6 tahun.
Fadhil: "Nana resolusinya apa?"
Nana: "Apa?" (tahun lalu dia masih mau bicara pakai bahasa Indonesia sama Abangnya).
Fadhil: "Resolusi! Mau ngapain tahun 2015?"
Nana: "Oooh! Mau naik sepeda!"
Kagak nahan banget liat mukenye si Nana pas bilang, "Ooooh!". Sotoy beud da, ah! Hahaha! Bocah jaman sekarang ternyata ngobrolinnya resolusi kalau pas tahun baru. Okesip.
Beberapa hari kemudian, kami lagi on the way pulang dari rumah Jidah (Nenek). Mobil kami papasan dengan ambulance yang bawa jenazah dan iring-iringannya. Seperti biasa, Nana kalau liat sesuatu yang lain dikit, pertanyaan demi pertanyaan langsung muncrat aja, gak berenti-berenti. Dan seringnya lagi (SELALU) percakapan jadi ke mana-mana, belok jauh banget dari inti percakapan. Untuk urusan yang satu ini, like mother like daughter emang. Ini bukti obrolan serius soal kematian bisa belok jadi ngomongin kambing.
Nana: "Is it dead people inside the car?"
Saya: "Yes, someone died."
Nana: "Where do they go?"
Saya: "Graveyard."
Nana: "No! Dead people go to the hospital." (Ni anak, kalau sotoy suka nyolotan emang)
Saya: "No, they will be buried in the graveyard." (Berusaha sabar seperti ibu peri)
Nana: "Oh, just like the sheep I killed?"
Saya: "What? You killed a sheep? When? Where?" (Mulai mikir, jangan-jangan imaginary friend si Nana ini seekor kambing, terus mereka berantem, terus dia "bunuh" temen kambingnya. Sigh)
Nana: "Yesterday, in Minecraft."
Saya: "Why did you kill it?"
Nana: "Because I took all the wool and he doesn't have wool anymore. So I killed him." (Kalem)
Saya: (OMG) "Next time don't kill the sheep, OK? The wool will grow again soon."
Nana: "Really?"
Saya: "Yes!"
Nana: "It's gonna take forever to grow, mom."
Jadi menurut ngana kalau bulunya lama numbuhnya, bunuh aja gitu? Errrgh, ini percakapan berlanjut terus sampai rumah dan saya rasanya cuapeeek bangeeeeet waktu itu.
Nggak cuma Safina doang yang suka bikin saya keselek. Fadhil, biar anaknya kalem dan pendiam, kadang kalau nyeletuk suka bikin ngakak juga. Waktu itu udah adzan Magrib, dan saya nyuruh dia buat sholat.
Saya: "Udah adzan, sholat yok, Dhil!"
Fadhil: "Yakin udah adzan? Fadhil mau nunggu adzan sekali lagi biar yakin."
Saya: "Adzan sekali lagi ya udah Isya' kali, Baang!"
Hadeeuuh!
Pernah juga saya dibikin melow sama celetukan Safina. Gara-gara lagi nonton film Frozen di TV dan Elsa lagi mau nyanyi lagu Let It Go. Dengan penuh semangat karaoke, saya ngajak Nana buat nyanyi bareng, dong!
Saya: "I like this song! Let's sing together!"
Nana: "No, mom. Let her sing alone." (ekspresi datar)
Jahat. *baper*
Topik percakapan yang suka bikin saya deg-degan biasanya nggak jauh-jauh dari kematian dan kehamilan. Sekitar pertengahan Januari 2015, Safina menggambar sesuatu dan ngasih liat ke saya.
Nana: "Look, this is my dad's." (Katanya sambil nunjukin gambar kuburan)
Saya: "But your dad is still alive."
Nana: "That's OK, Mom. He can always come back to life."
Saya: "Ummm, actually no. When people die, they don't come back to life."
Nana: "You mean, like ... forever?" (Mukanya bengong)
Saya: "Yes."
Nana: "Like grandma? Where do they go?"
Saya: "Some go to heaven, some will go to ...."
Nana: "Hell?"
Saya: "Yeah, but that's Allah's business. We never know where people go after they die. All I know, if you are good, you will go to heaven." (Mendadak Hayati lelah, bang, membahas tentang kematian ke anak umur 6 tahun)
Nana: "Do they have toys in heaven?"
Saya: "Plenty!"
Nana: "Food? Castle? Ipad? Fruit tea? Alfamart?"
Lanjut ngakak. ALFAMART harus ada di surga, pokoknya! Penting buat Safina. :v
Akhir bulan Januari 2015, Safina pernah nanya sesuatu yang sampe sekarang belum saya jawab, "Mom, why are you wearing bra?" Hahahaha.
Dan bulan Januari 2015 kemarin ditutup dengan pernyataan epic seputar favorit subject-nya: BUTT. Dia lagi main sambil duduk di lantai dan ngomong, "Mom, I have a cold butt," sambil ngelus-ngelus pantatnya.
BERSAMBUNG